BokepBrengsek - Cerita Sedara, Ngentot enak

Situs Cerita Bokep sangat hits dan sangat populer di indonesia, bokep bangsat ini adalah situs cerita bokep terbaik di indonesia

Kamis, 29 Agustus 2019



CeritaDewasa - Tante Indah dengan usia yang sudah matang kisaran 37 tahun memiliki wajah yang cantik dan molek, di tambah dengan tubuh yang masih singset dan sexy aduhaaaai alaaamak.

Dengan ukuran payudara yang terbilang lumayan yaitu 35A. Lelaki mana yang tak tergoda oleh kecantikan dan kemolekan Tante Indah. Tante Indah merupakan wanita yang memiliki usaha sendiri , yaitu salon potong rambut dan kecantikan.

Terbilang Tante Indah ekonomi nya tergolong sangat mapan. Akan tetapi selama dalam menjalankan usahanya, Tante Indah begitu sangat kesepian.

Karena Suaminya yang terus bekerja di luar kota dan Tante Indah sudah dikaruniai 2 oranag anak.

Ketika gw sedang cukur rambut di Salon tempat Tante Indah dan selama waktu pemangkasan rambut , gw mengajaknya ngobrol ini itu . sampai kami pun akrab dengan celotehan-celotehan kita.

Setelah gw habis di cukurnya, gw menemaninya mengobrol ketika salon nya mulai sepi dengan pengunjung. Sejak hari itu, gw semakin akrab dengan keluarga Tante Indah.

Apalagi kemudian Tante Indah meminta gw untuk memberikan kursus privat komputer pada Radit dan Raka, dua anaknya yang masing-masing kelas duduk di kelas 1 SMP dan kelas 3 SD. Karena rumahnya dekat, gw mau saja, lagi pula Tante Indah setuju membayarku tinggi.

Gw dan Tante Indah sering sms-sms san, terutama kalau ada tebakan dan SMS lucu. Dimulai dari ketidaksengajaan, suatu kali gw bermaksud mengirim SMS ke Rini yang isinya.

“Hai cinta.. sedang apa?

Gw rindu U. ..

Pengen deh sayang-sayangan dengan U. . lagi..

Gw pengen kita bercinta lagi..”

Karena waktu itu gw juga baru saja ber-SMS dengan Tante Indah,

refleks tanganku mengirimkan SMS itu ke Tante Indah!

Gw sama sekali belum sadar telah salah kirim sampai kemudian laporan di HP-ku datang:

 Delivered to Ms. Indah!

“OMG. . . .!”

Gw langsung memikirkan alasan jika Tante Indah menanyakan SMS itu. Benar!

Tak lama kemudian Tante Indah membalas SMS salah sasaran itu.

“Wah.. Ini SMS ke siapa ya kok romantis begini.. ”

Wah, untung gw dan Tante Indah sudah akrab.

Jadi walaupun nakalku ketahuan, tidak masalah. “Maaf, Tante. Gw salah kirim. Pas lagi horny nih.. Maaf ya Tante..” balasku.

Gw sengaja berterus terang tentang ‘horny’ku karena ingin tahu reaksi Tante Indah.

“Wah.. U. . ternyata sudah berani begituan ya! SMS itu buat pacarmu ya?”

“Bukan Tante. Itu TTM-ku.

Teman Tapi Mesra.. Hahaha.. Tidak ada ikatan kok, Tante..”

Beberapa menit kemudian, Tante Indah tidak membalas SMS-ku.

Mungkin sedang sibuk. Oh, tidak, ternyata Tante Indah meneleponku.

“Lagi dimana Boy?” Tanya Tante Indah.

Suaranya lebih akrab daripada biasanya.

“Di kamar aja, Tante. Maaf ya tadi SMS-ku salah kirim.

Jadi ketahuan deh gw lagi pengen..” jawabku.

Kudengar Tante Indah tertawa lepas. Baru kali ini gw mendengarnya tertawa sebebas ini.

“Gw tadi kaget sekali. Kupikir si Boy ini anaknya alim, dan tidak mengerti begitu-begituan. Ternyata.. Hot sekali!”

“Hm.. Tapi memang gw alim lho, Tante..” kata gw bercanda.

“Wee.. Alim tapi ngajak bercinta.. Siapa tuh cewek?”

“Ya teman lama, Tante. Partner sex-ku yang pertama.”

Gw bicara blak-blakan. Bagiku sudah kepalang tanggung. Gw rasa Tante Indah bisa mengerti gw. “Wah.. Kok dia mau ya tanpa ikatan denganmu?” tanyanya heran.

Gw yang dulu juga sering heran. Tetapi memang pada kenyataannya, sex tanpa ikatan sudah bukan hal baru di jaman ini.

“Kami bersahabat baik, Tante. Sex hanya sebagian kecil dari hubungan kami.” Jawabku apa adanya.

Gw tidak mengada-ada. Dalam beberapa bulan kami berteman, gw baru satu kali bercinta dengan Rini. Jauh lebih banyak kami saling bercerita, menasehati dan mendukung.


“Wah.. Baru tahu gw ada yang seperti itu di dunia ini. Kalau kalian memang cocok, kenapa tidak pacaran saja?”

“Kami belum ingin terikat. Terkadang pacaran malah membuat batasan-batasan tertentu. Ada aturan, ada tuntutan, ada konsekuensi yang harus ditanggung.

Dan kami belum menginginkan itu.”

“Lalu, apa partnermu cuma si Rini dan partner Rini cuma U. .?” selidik Tante Indah.

“Kalau tentang Rini gw tidak tahu. Tapi tidak masalah bagiku dia bercinta dengan laki-laki lain. Gw pun begitu.

Tapi tentu saja kami sama-sama bertanggung jawab untuk berhati-hati. Kami sangat selektif dalam bercinta. Takut penyakit, Tante.”

“Oh.. Safe Sex ya? “

“Yup! Oh ya dari tadi gw seperti obyek wawancara.

Tante sendiri bagaimana dengan Om? Kapan terakhir berhubungan sex?” Tanya gw melangkah lebih jauh.

Kudengar Tante Indah menarik nafas panjang.

Wah.. Ada apa-apa nih, pikirku.

“Udah kira-kira 2 bulan yang lalu, Boy.” Jawabnya.

Lama sekali. Pasti ada yang tidak wajar. Gw jadi ingin tahu lebih banyak lagi.

“Ko Fery Impotent ya Tante?”

“Oh tidak.. Entah kenapa, dia sepertinya tidak bergairah lagi pada gw.

Padahal dia dulu sangat menyukai sex. Minimal satu minggu satu kali kami berhubungan.”

“Lho, Tante Indah berhak minta dong. Itu kan nafkah batin. Setiap orang membutuhkannya. Sudah pernah berterus terang, Tante?” Tanya gw.

“Gw sih pernah memberinya tanda bahwa gw sedang ingin bercinta. Tetapi dia kelihatannya sedang tidak mood. Gw tidak mau memaksa siapa pun untuk bercinta denganku.”

“Oh.. Kalau Boy sih tidak perlu dipaksa, juga mau dengan Tante Indah..” goda gw asal saja.

Toh kami sudah akrab dan ini memang waktu yang tepat untuk mengarah ke sana.

“Boy, U. . itu cakep. Masa mau dengan orang seumuran gw ? Suamiku saja tidak lagi tertarik denganku..”

“Tante Indah serius? Gw tidak menyangka lho Tante Indah bisa bicara seperti ini. Tante Indah masih muda. 37 tahun. Seksi dan modis. Kok bisa-bisanya rendah diri ya? Padahal Tante Indah terlihat sangat mandiri di mata gw..”

gw tak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Bagaimana bisa, sebuah SMS salah sasaran, dalam waktu singkat bisa berubah menjadi obrolan sex yang sangat terang-terangan seperti ini.

“U. . lagi nganggur kan? Datang ke rumahku sekarang ya?

Suamiku tidak ada di rumah kok. Dia masih di kantor.” Telepon ditutup. Darahku berdesir. Benarkah ini? Seperti mimpi. Sangat cepat.

Bahkan gw tidak pernah bermimpi sebelumnya untuk mendapatkan Tante Indah. Selama ini gw sangat menghormatinya sebagai clientku. Sebagai orang tua dari murid privatku.

Bergegas gw mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah Tante Indah.

Di sepanjang jalan gw masih tak habis pikir. Apakah benar nanti gw akan bercinta dengan Tante Indah? Rasanya mustahil. . Belum lagi kalau ada Radit dan Raka juga sudah pulang dijemput sopirnya. Sampai di rumah Tante Indah, ternyata rumahnya sedang sepi.

Cynthia sedang tidur dan hanya Mbak Ning yang sedang santai menonton televisi. “Di tunggu Ibu di ruang computer, Kak.” Kata Mbak Ning. Dia memanggilku ‘kakak’ karena usia gw masih lebih tua darinya. “Oh iya.. Terima kasih, Ning.

Ada urusan sedikit dengan programnya nih.” Kata gw memberikan alasan kalau-kalau Mbak Ning bertanya-tanya ada apa gw datang.

Gw masuk ke ruang computer yang di dalamnya juga ada piano dan lemari berisi buku-buku koleksi Tante Indah.

“Tutup saja pintunya, Boy.” Kata Tante Indah.

Tiba-tiba jantungku berdebar sangat keras. Entah mengapa, berbeda dengan menghadapi Lucy, Rini dan MAya, gw merasa aneh berdiri di depan seorang wanita mungil yang usianya di atasku. Setelah gw menutup pintu, belum sempat gw duduk,

Tante Indah sudah melangkah menghampiriku. Dia memelukku. Tingginya cuma sebahuku. Harum tubuhnya segera membuatku berdesir. Pelukannya sangat lembut. Kepalanya disandarkan ke dada gw. Gw tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pengalaman pertama gw dengan wanita yang usianya di atasku. Gw takut salah.

Apa gw harus berdiam diri saja? Memeluknya? Menciumnya? Atau langsung saja mengajaknya bercinta? Pikiranku saling memberi ide. Banyak ide bermunculan di otakku. Beberapa saat lamanya gw bingung. Pusing tidak tahu harus berbuat apa.

Akhirnya gw memilih tenang. Gw ingin tahu apa yang Tante Indah inginkan. Gw akan mengikutinya. Kali ini gw main safe saja. No risk taking this time.

“Tante Indah adalah masalah?” bisikku.

Kurasakan pelukan Tante Indah semakin erat. Dia tidak menjawab. Gw juga diam. Benar-benar situasi baru. Pengalaman baru. Kurasakan kontolku tidak bergerak. Rupanya pelukan Tante Indah tidak membangkitkan gairahku.

“Gw cuma ingin memelukmu. Sudah lama gw tidak merasa senyaman ini di pelukan seorang laki-laki. U. . tidak keberatan kan gw memelukmu?” akhirnya Tante Indah berbicara.

“Tentu saja gw tidak keberatan, Tante. Peluk saja sepuas Tante Indah. Apapun yang Tante Indah inginkan dariku, kalau gw mampu, gw akan melakukannya.”

Kurasakan tangannya mencubitku.

“Sok romantis U. ., Boy. Tante bukan gadis remaja yang bisa melayang mendengar kata-kata rayuanmu..

Wuih, apapun yang kau inginkan dariku.. tante akan melakukannya.. Hahaha..

Gak usah pakai begituan. Tante sudah sangat senang kalau U. . mau kupeluk begini..

Benar juga kata Tante Indah. Hari itu gw belajar menghadapi wanita dewasa. Belajar apa yang mereka butuhkan. Bagi Tante Indah, kata-kata manis tidak diperlukan.

Tapi tentu saja, gw tidak seratus persen percaya. Bagiku, tidak ada wanita di dunia ini yang bisa menolak pujian dengan tulus. Perasaan wanita sangat peka. Wanita punya sense untuk mencerna setiap kata-kata laki-laki itu. Apakah rayuan, apakah pujian yang tulus, atau hanya bunga bahasa untuk tujuan tertentu.

Dan gw memilih untuk memujinya dengan setulus hatiku.

“Tante Indah, gw beruntung bisa dipeluk wanita sepertimu. Siapa sangka SMS salah kirim bisa berhadiah pelukan?” canda gw.

Memang benar gw merasa beruntung. Ini bukan bunga bahasa, bukan rayuan. Dan gw yakin perasaan Tante Indah akan menangkap ketulusanku.

“Yah.. Tante simpati denganmu yang bisa bergaul akrab dengan anak-anakku.

U. . juga tidak merendahkan. Kulihat memang pantas kau mendapatkan pelukanku, Boy..” bisik tante Indah lagi. Kali ini wajahnya mendongak menatapku. Ada senyum tipis menghias bibirnya. Ugh.. Gw jadi ingin menciumnya.

Di satu sisi gw tahu bahwa gw salah. Tante Indah sudah berkeluarga dan keluarganya harmonis. Tapi di sisi lainnya, sebagai cowok normal gw menikmati pelukan itu. Bahkan gw ingin lebih dari sekedar pelukan.

Gw ingin menciumnya, melepaskan pakaiannya, dan memberinya sejuta kenikmatan. Apalagi Tante Indah sudah 2 bulan lebih tidak mendapatkan nafkah batin. Pasti dia sangat haus sekarang. Gw mulai memperhitungkan situasi.

Kami dalam ruang tertutup yang walaupun tidak terkunci, cukup aman untuk beberapa saat.. Perlahan gw memberanikan diri menyentuh wajah Tante Indah. Dengan dua buah jariku, gw membelai wajahnya lembut. Mata gw menatapnya penuh arti. Kulihat Tante Indah gelisah, tetapi ia menikmati sentuhanku di wajahnya.

Gw menggerakkan wajahku menunduk mencari bibirnya. Sekejap kami berciuman. Bibirnya sangat penuh. Sangat hangat. Baru beberapa detik, ciuman kami terlepas. Tante Indah menyandarkan kepalanya ke dada gw.

“Tante salah, Boy. Tante mulai menyayangimu..” bisiknya nyaris tak kudengar.

Gw yang sudah merasakan ciumannya mendadak ingin lebih lagi. Dasar cowok!, rutukku dalam hati. Apalagi gw sedang horny. Gw mencoba mengangkat wajahnya lagi. Ada sedikit penolakan, tapi wajahnya menatapku kembali. Gw tak berani menciumnya.

Dan Tante Indah menciumku, menghisap bibirku, memasukkan lidahnya, menggigit kecil bibirku. Dan akhirnya kami bercumbu dengan hasrat membara. Kami sama-sama kehausan.. Agh.. Gw tak peduli lagi. Wanita yang kuhormati ini sedang kupeluk dan kucumbu. Dia membutuhkanku dan gw juga membutuhkannya.

Yang lain dipikirkan nanti saja. Nikmati saja dulu, pikirku cepat. Gw segera menggendongnya dan membantunya duduk di atas meja. Dengan begini gw akan lebih leluasa mencumbunya. Bibir kami saling melumat. Bergerak lincah saling berlomba memberi kenikmatan tiada tara. Tanganku mulai bergerak ke arah payudaranya.

Gw meraba payudaranya dari luar. Memberi remasan ringan dan gerakan memutar yang membuat Tante Indah menggelinjang. Perlahan gw menyusupkan tanganku ke balik pakaiannya. Kurasakan tanganku tertahan. Tante Indah menolak. Rupanya dia hanya ingin bercumbu denganku. Dasar cowok, gw mana tahan? Sudah kepalang tanggung.

Gw nekat tetap memasukkan tanganku dan dengan cepat gw berhasil melepas kait bra-nya. Payudaranya terasa utuh di tanganku, masih sangat kencang, masih sangat peka dengan rangsangan. Buktinya Tante Indah bergetar hebat saat gw meremas payudaranya.

“Gila U. ., Boy. tante tidak memerlukan ini semua.. Cukup peluk tante!” tegur Tante Indah. Gw tahu pikirannya memang menolak, tapi tubuhnya tidak.

Gw tetap merangsang payudaranya. Gerakan menolak tante Indah melemah. Dan akhirnya hanya desahan nafasnya yang memburu yang menandakan birahinya telah bangkit. Dengan mulutku gw membuka kancing-kancing kemejanya.

Cukup sulit, karena ini baru pertama kali kulakukan. Tapi berhasil juga. Tante Indah tertawa melihat ulahku. Kini gw bebas mencumbu payudaranya. Kujilat dan kuhisap puting susunya. Tante Indah melenguh panjang. Kedua tangannya mencengkeram kepalaa gw.

Wajahnya mencium rambutku. Sesekali dia menggigit telinga gw, sementara kepala gw, lidahku, bergerak bebas merangsang payudaranya.

Ugh, begitu enak dan nikmat. Payudaranya tidak terlalu besar namun seksi sekali. Warnanya coklat kekuningan dengan puting yang cukup besar. Gw bermain cukup lama di putingnya. Menggigit ringan, menyapukan lidahku, menghisapnya lembut sampai agak keras.

Kadangkala hidungku juga kumainkan di putingnya. Nafas Tante Indah semakin memburu. Tentu saja untuk masalah nafas, gw lebih kuat darinya karena gw rajin berolahraga menjaga stamina. Tak lama tanganku menyusup ke balik roknya untuk mencari vaginanya dan membelainya dari luar. Kurasakan celana dalamnya telah basah.

Tante Indah merapatkan kakinya. Itu adalah penolakan yang kedua. Kepalanya menggeleng ketika kutatap matanya. Gw terus menatap matanya dan kembali mencumbunya. Gw tidak akan memaksanya. Tetapi gw punya cara lain. Gw akan membuatnya semakin terangsang dan semakin menginginkan persetubuhan. Perlahan cumbuanku turun ke lehernya.

“Ergh,” kudengar lenguhannya.

Wah, lehernya sensitif nih, pikirku. Dengan intensif gw mencumbunya di leher. Bergerak ke tengkuk hingga membuatnya semakin erat memelukku dan mencumbu telinganya.

“Boy..” rintihnya.

Telinganya juga sensitif. Tante bersorak. Semakin banyak titik tubuhnya yang sensitif, semakin bagus. Lalu tanganku meraba punggungnya. Membuat gerakan berputar-putar dan seolah menuliskan sesuatu di punggungnya. Tante Indah semakin bergairah.

“Ka.. mu.. Na.. kal. U. . pin.. Pintar sekali membuatku.. Bergairah..”

jawabnya terputus-putus. Nafasnya semakin memburu.

“Tante Indah cantik sekali. Gw sangat menginginkanmu, Tante..

Gw ingin membuatmu merasakan kenikmatan tertinggi bersama gw..” bisikku

sambil terus mencium telinganya.

“Tante juga menginginkanmu Boy.. Tapi tante takut..” jawab tante Indah.

Ya, gw harus membuatnya merasa aman. Dengan gerakan cepat gw melepaskan pelukanku, mengganjal pintu dengan kursi dan kembali mencumbunya. Saat itu di pikiranku cuma satu. Mengunci pintu justru tidak baik. Mengganjal pintu jauh lebih baik.

Kulihat Tante Indah merespons ciumanku dengan lebih kuat. Tanganku kembali mencoba merangsang vaginanya. Kali ini kakinya agak terbuka.

Gw berhasil memasukkan jariku dan menyentuh vaginanya. “Aahh..” Tante Indah semakin terangsang. Kakinya terbuka semakin lebar. Kini gw sangat leluasa merangsang vaginanya. Jariku masuk menemukan klitoris dan membuatnya makin hebat dilanda badai birahi. Entahlah, gw sangat tenang dalam melakukannya.

Semakin intensif gw merangsang titik-titik lemah tubuhnya, gw semakin tenang. Gw seperti maestro yang sangat ahli melakukan tugasnya. Wah, rupanya gw berbakat dalam menyenangkan wanita, pikirku sampai tersenyum sendiri.

Tante Indah semakin dilanda birahi. Tangannya kini tidak malu-malu melepas kancing celana gw dan mencari kontolku. Setelah menemukannya di balik celana dalamku, dia meremas dan mengocoknya.

Gw semakin terbakar.

Kami sama-sama terbakar hebat. Perlahan gw melepas turun celana dalamnya. Tidak perlu dilepas. Gw menatap matanya meminta persetujuannya. Mata Tante Indah nanar. Dia sangat kehausan dan sudah pasrah menerima apa pun perbuatanku.

Perlahan kontolku menembus liang vaginanya tanpa kondom. Gw merasakan kenikmatan yang dahsyat. Benar-benar jauh lebih nikmat dibandingkan dengan memakai kondom. Gw berani tanpa kondom karena gw yakin dengan kesehatan Tante Indah. Gw mulai melakukan tugasku.

Mendorong masuk, menarik keluar, memutar, memompa kembali dan kami bercinta dengan dahsyat. Suara kontolku yang mengocok vaginanya terdengar khas. Gw mengerahkan segenap kekuatanku untuk menaklukkannya.

Tetapi benar-benar tanpa kondom membuatku kontolku lebih sensitif hingga belum begitu lama, gw sudah merasakan di ambang orgasme.

 Segera kuhentikan aksiku. Kucabut kontolku dan gw menenangkan diri. Kami berciuman. Gw tak mau birahi Tante Indah surut. Setelah agak tenang gw kembali memasukkan kontolku.

Kali ini gw tidak menggebu dalam memompa kontolku. Gw memilih menikmatinya perlahan-lahan. Setiap sodokan gw lakukan dengan segenap hati hingga menghasilkan desahan dan rintihan nikmat Tante Indah yang sudah dua bulan tidak merasakan nikmatnya bercinta.

Gelombang badai birahi kembali melanda. Keringat kami bercucuran, lumayan untuk membakar lemak. Kami memang sedang berolahraga, olahraga paling nikmat sedunia. Making love. Bercinta sangat baik untuk tubuh.

Tidak hanya tubuh, tetapi pikiran juga jadi fresh. Secara teoretis, ada semacam zat penenang yang dihasilkan tubuh saat kita bersenggama, dan zat itu membuat kita sangat nyaman. Gw heran juga dengan diriku yang ternyata cukup kuat bercinta tanpa kondom.

Kontolku terasa agak panas. Gw belajar menahan nafas dan sesekali saat kurasakan gw hendak mencapai puncak, gw menghentikan kocokanku. Cukup sulit memang menahan orgasme.

Gw berusaha seperti menahan kencing. Dan usaha gw berhasil. Setidaknya gw bisa bercinta cukup lama mengimbangi Tante Indah yang perlahan tapi pasti semakin menuju puncak. Muka tante Indah semakin kemerahan.

Wajahnya yang mungil tampak sangat cantik ketika sedang dilanda birahi.

“Tante Indah cantik sekali.. Hebat juga ketika bercinta..” bisikku.

Lidahku kembali mencumbui payudaranya yang semakin penuh dengan keringat.

“Arg.., U. . juga.. Enak sekali, Boy..” ceracaunya.

Tante Indah bolak-balik memejamkan mata, membuka mata dan menggigit bibirnya. Nafasnya sangat tidak teratur. Ngos-ngosan dan rambutnya semakin acak-acakan terkena keringat. Wah, pemandangan yang seksi sekali saat seorang wanita bercinta.

Sebenarnya gw ingin mengubah posisi lagi. Gw ingin lebih lama bercinta. Tetapi gw agak khawatir juga. Sudah cukup lama kami di dalam ruangan ini.

Gw khawatir nanti tiba-tiba mengintip atau mencuri dengar. Dari bahasa tubuh Tante Indah, gw yakin orgasmenya sudah semakin dekat. Gerakan tubuhnya semakin cepat. Cengkeraman tangannya di punggungku kurasa telah melukai punggungku.

Terkadang giginya bergemeretak menahan nikmat. Dia tampak sekali berusaha untuk tidak menjerit.

“Agh.. Arrhhk.. tante sudah ham.. pir..” rintihnya.

Tanganku meraih bra Tante Indah dan meletakkannya di mulutnya supaya dia bisa menggigit bra itu. Daripada menjerit, lebih baik menggigit bra sekuatnya. Kontolku semakin gencar menghunjam vaginanya. Sodokanku semakin kuat dan temponya kupercepat.

Gw belajar untuk sama-sama mencapai orgasme dengan Tante Indah walaupun menurutku sangat sulit untuk bisa orgasme bersamaan. Setidaknya, tante berencana membiarkannya orgasme terlebih dulu, baru gw menyusul.

“Arghh.. Ya.. Terus.. Yah.. Dikit lagi..” erang Tante Indah

agak tidak jelas karena sambil menggigit bra. Gw menjaga semangat dan menjaga kontolku agar tetap kuat bertempur. Kurasakan kontolku juga semakin panas.

Gw juga sudah mendekati puncak. Aliran pejuuuh dari bawah sudah merambat naik siap menyembur. Gerakan Tante Indah semakin menyentak-nyentak.

Untung meja di ruangan itu adalah meja kayu yang kosong. Kalau seandainya ada buku atau ballpoint pasti sudah berantakan terlempar. Beberapa saat kemudian gw merasakan tubuh Tante Indah bergetar hebat.

Menghentak-hentak dan tangannya mencengkeram sangat-sangat-sangat-kuat. Dia memelukku sangat erat. Dari mulutnya keluar semacam raungan yang tertahan.. Seandainya ini di kamar hotel, pasti dia sudah menjerit sepuasnya.

“Aargghh.. Sstt..”

 Gw merasakan ada cairan hangat meleleh keluar. Tidak seberapa banyak tetapi membuat kontolku semakin panas. Tante Indah orgasme sementara gw juga sudah semakin dekat. Inilah saatnya.

Gw mempercepat kocokanku. Cepat.. Dan gw mencabut kontolku.

Crot..!! Srr.. R.. Srr.. Srr.. Pejuuuh gw berhamburan

muncrat di perut dan dada Tante Indah. Ah.., nikmat sekali mencapai puncak. Perjuanganku tidak sia-sia. Gw yang selama ini rutin berlatih menahan kencing, melatih otot-otot perut dan kontolku, sukses mengantarkan Tante Indah menggapai orgasmenya.

Dibandingkan ketika making love dengan Rini dan Maya, kali ini lebih mendebarkan dan menantang. Tante Indah segera mencari tissue dan membersihkan ceceran pejuuuh gw. Kurang dari semenit kemudian dia sudah memakai bra dan kemejanya kembali. Celana dalam dan roknya tinggal merapikan saja.

Gw pun tinggal merapikan celana gw. Beberapa saat kami berpandangan. Ada rona puas di wajah Tante Indah.

Dia tersenyum manis. Sekarang dia bukan lagi sekedar clientku. Bukan lagi sekedar orang tua muridku. Sekarang dia adalah partner sex-ku. Ada rasa aneh menjalar di tubuhku. Gw tiba-tiba merasa begitu menghormati wanita di hadapanku ini.

Sinar matanya yang tegas, pembawaannya yang mandiri, dikombinasi dengan senyum dan kelembutannya, sungguh mempesona. Gw sangat bangga bisa memberinya kenikmatan.

“Maaf Tante.. Sudah melangkah jauh sekali..” kata gw.

“Ya! U. . tidak sopan sekali, tadi!” katanya

bergurau tetapi dalam nada agak tegas.

Kami pun tertawa bersama. Gw memeluknya. Mencium dahinya. Merapikan rambutnya yang agak basah terkena keringat. AC di ruangan itu sangat membantu tubuh kami cepat kering.

“Habis Tante Indah, sudah tahu gw lagi horny malah diundang kemari..” kata gw membela diri.

“Terus terang tante juga lagi pengen, Boy. Begitu tahu U. . ternyata sudah pengalaman, tante jadi tergoda denganmu. Tapi memang tadi tante sangat takut melangkah.

Untung U. .nya nekat.. tante jadi terpuaskan, deh.

Makacih ya..”


Ya ampun.. Bisa-bisanya Tante Indah bicara manja seperti ini.

Gw sampai merasa bagaimana.. gitu. Aneh. Wanita memang makhluk paling aneh sedunia. Di balik penampilannya yang keras dan tegar, toh dia tetap wanita juga.

Sisi lembutnya tetap ada.

“Ya.. Gw juga senang sekali bisa memuaskan Tante Indah. Gw juga belajar banyak lho. Sepertinya tadi Tante Indah kurang suka dengan permainan tanganku di vagina ya?”

“Bukan begitu. tante tidak tahu apakah tanganmu bersih atau tidak. Tapi lama kelamaan karena enak, ya sudah.. diteruskan saja..”

“Oh jangan kuatir..

Gw selalu sedia handy desinfectant kok. Biar tanganku bebas kuman.” Kata gw menenangkannya.

Gw tadi memang pakai handy desinfectant, tapi kan tetap saja gw pegang setir mobil.


“Yah baguslah. tante juga suka karena U. . selalu terlihat bersih dan harum..”

Tante Indah mencium bibirku lagi. Kami kembali berpagutan. Lidahku kembali menerobos mulutnya. Menekan lidahnya, saling bergelut.

Kami terus berciuman sambil berpelukan. Banyak laki-laki melupakan kenyataan bahwa ada hubungan yang harus dibina setelah kita berhubungan sex. Setelah terjadi orgasme, wanita tetap membutuhkan sentuhan, pelukan dan ciuman.

Wanita sangat berharga. Jangan sampai kita para laki-laki, begitu mendapatkan orgasme, langsung selesai begitu saja. Harus Ada after orgasm service.

Ini adalah salah satu kunci yang gw pegang untuk membuat wanita merasa nyaman bersama gw.

Kami berpelukan dan dengan jelas gw mendengar suara Tante Indah..

“Tante menyayangimu, Boy. Terima kasih buat semuanya. tante merasa dihargai dan dibutuhkan olehmu..” kata-kata ini tidak akan pernah gw lupakan. Sekian

Selasa, 27 Agustus 2019



CeritaDewasa - Uring-uringan istriku semakin memuncak karena aku tak dapat menjemput istriku mengajar, karena jadual perkuliahan istriku mengajar mundur sehingga istriku pulang sekitar pukul setengah sepuluh malam bahkan sampai pukul sepuluh dimana perumahan yang kutempati sudah sangat sepi.

Ketika hati kedua aku akan menjemput, aku lewat pintu dapur di samping rumah yang cukup rimbun. Baru pintu kubuka sedikit, kulihat istriku yang mengenakan blouse merah dan rok klok hitam turun dari boncengan sepeda penjaga malam yang kukenal bernama Pak Deran , lelaki tua berumur 65 tahunan, tapi masih tegap itu. “Terima kasih, Pak Deran….!!! ” kata istriku pelan “Aah, nggak papa, saya senang, kok tolongin, ibu….!!!!! ,” kata Pak Deran sambil cengar cengir dan tak kunyana tangan kiri Pak Deran memegang tangan istriku dan mengarahkan ke selangkangan nya yang menyembul, sedang tangan kanan Pak Deran langsung meremas remas payudara kanan istriku.

Akupun teringat omongan Pak Deran saat awal-awal aku berkenalan. dimana Pak Deran pernah bercerita sering wanita yang sudah bersuami di desanya dibuatnya kelenger oleh batang kemaluan, dan nama Deran adalah nama olok-oloknya kepanjangan dari Gedi sak Jaran, sebesar punya kuda, dan Pak Deran tak punya tempat tinggal tetap sehingga tidurnya berpindah-pindah di rumah teman-teman se desa nya yang ada di kotaku dan ia juga pernah bercerita padaku, istri temannya sering dia setubuhi saat suaminya tidur pulas.

Esok malamnya aku bersembunyi beberapa meter sebelum jalan masuk perumahanku dan beberapa saat kemudian dari kejauhan kulihat Pak Deran tengah membonceng istriku dengan sepeda bututnya dan aku mengambil posisi yang terlindung tapi dapat melihat dari dekat. Hatikupun berdegup kencang saat kulihat istriku bergayut menempelkan payudara kanannya ke pinggang Pak Deran dan kakiku hampir tak dapat berdiri saat kulihat kedua tangan istriku sedang mengocok dan mengelus-elus batang kemaluan Pak Deran yang sebesar batang kemaluan kuda itu sehingga aku sempat melihat jari-jari tangan istriku tak dapat menggenggam batang kemaluan Pak Deran.

Beberapa saat Pak Deran dan istriku berlalu, aku sedikit berlari agar aku sampai di rumah sebelum istriku dan Pak Deran sampai dengan mengambil jalan pintas, tetapi karena kurang hati-hati aku terperosok dan kurasakan kakiku terkilir, sehingga aku tak dapat berjalan cepat. Akupun berusaha berjalan dengan menyeret kakiku, dan akhirnya dengan susah payah aku sampai di rumah. Aku lewat pintu dapur dan kulihat sepeda Pak Deran ada di balik rerimbunan pintu samping.

Dengan perlahan aku masuk dan menuju ruang tamu dengan hati-hati dan kudengar suara “croop croop” dari ruang tamu, akupun membuka sedikit selambu yang menutup ruang tamu dan ruang tengah, matakupun seakan terlepas dari tempatnya saat kulihat istriku sedang berjongkok di depan Pak Deran dan tengah mengulum batang kemaluan Pak Deran yang besar panjang dan berurat-urat sebesar cacing tanah sehingga mulut istriku kesulitan mengukum batang kemaluannya yang amat besar itu, sedangkan tangan kanan Pak Deran menyusup di blouse kuning istriku sedang meremas-remas payudara kiri istriku dan tangan kanan Pak Deran membelaibelai rambut pendek istriku.

Punggung kaki kanan Pak Deran tengah menggosok-ngosok selangkangan istriku yang duduk jongkok terkangkang dan di atas meja tamu kulihat BH tipis cream dan celana dalam merah istriku tergeletak di dekat tas kerja istriku. Situs Bola

“Oooooohhhhh. …eeuuunaak Bu Yatii ?!!!!!” kudengar Pak Deran mendesis, akupun benar-benar tak kuat menopang tubuhku dengan satu kaki melihat istriku tengah “membayar” kebaikan Pak Deran untuk menjemputnya dari jalan raya, sehingga akupun jatuh tersungkur dan membuat istriku dan Pak Deran kaget.

“Bu Yati, mungkin suami ibu ..????” kudengar bisikan Pak Deran. Merekapun berlari mendapatiku tersungkur. “Kenapa, mas? tanya istriku. Aku tak menjawab dan merekapun tahu kakiku terkilir karena celanaku berlepotan tanah.

Akhirnya akupun dipijat oleh Pak Deran dan memang agak berkurang sakitnya. Akupun disuruh Pak Deran beristirahat dan Pak Deran akan kembali esok pagi. Pak Deran pun berpamitan dan Kudengar istriku mendesis pelan sebelum pintu depan ditutup.

Setelah pak Deran pergi, istriku menanyakanku darimana dan kujawab aku akan menjemput nya tadi, tapi ditengah jalan terjatuh.

Keesokkan paginya Pak Deran datang dan memijitku lagi dan terakhir aku tak mengerti kenapa Pak Deran menusuk-nusuk batang kemaluanku dengan sarung kerisnya dan Pak Deran memberiku ramuan untuk diminumkan kepadaku oleh istriku.

Pagi itu istriku memakai daster dari kaos yang agak ketat, daster ini kesukaanku karena mempunyai resleting di depan sampai ke perut dan aku tahu pagi itu istriku tak mengenakan BH karena kedua puting susu istriku yang besar menonjol dari daster kaos ketatnya dan istriku merias diri seperti akan berangkat kerja.

Istriku dan Pak Deran keluar dari kamar, sambil menarik pintu kamar, akan tetapi tidak tertutup rapat dan masih sedikit terbuka, setelah aku berpura-pura tidur sehingga aku masih dapat mendengar pembicaraan mereka. “Sudah, Jeng Yati…..!!! ” terdengar kata Pak Deran menyebut istriku “Jeng”. “Aku masih takut, Pak ……!!!!” bisik istriku “Ayo dicoba saja, Jeng Yati…..!!! ,” bisik lagi Pak Deran.

Kemudian Istriku masuk kamar kembali dan aku sedikit kaget saat istriku mengelus elus batang kemaluanku dan aku pura-pura terbangun, sementara batang kemaluanku langsung bangun, kemudian istriku melepas celana dalam nya. “Eeeeehhh… Diikkk, apa… Pak Deran sudah pulang….? tanyaku “Sudah…!!! ” istriku menjawab singkat dan kini mengocok batang kemaluan ku, sambil naik keatas tempat tidur dan mengkangkangkan kedua kaki di atas tubuhku, sementara selangkangannya mendekati batang kemaluanku dan….. “Crot crot crot” tak tahan aku, air maniku lansung keluar saat menempel bulu-bulu kemaluan istriku. “Aaaaahhhhhh. ….maaasssss. …..!!!! !,” bisik istriku yang terus mengocok batang kemaluan ku dan tak lama kemudian bisa berdiri lagi dan untuk kedua kalinya airmaniku tersenbur kembali saat masih menempel di bulu-bulu kemaluan istriku . “Mas kok, begini terus. Sudah berapa bulan, mas. Aku sudah pingin sekali, mas. Aku pingin penyaluran.. !!” kata istriku sambil melap air maniku di bulu-bulu kemaluan nya. Kemudian Istriku keluar kamar dan kudengar bisikan Pak Deran “nanti malam…,yaaa. . , Jeng Yati…!!!”

Siangnya aku menahan sakit di batang kemaluan dan utamanya di lubang kencingku sebelum istriku berangkat mengajar, aku tak mengatakan pada istriku dan akupun terkulai dan tertidur hingga kudengar pintu depan terbuka saat istriku pulang. “Pak Deran saya masih takut, aahhhh…..! !” terdengar bisikan istriku “Ayo, cepat, Jeng Yati,….” suara mendesak Pak Deran berbisik.

Aku menutup wajahku berpura pura tidur saat istriku masuk kamar dan kulihat istriku merias diri dan melepas semua yang menempel tubuh sintal istriku tak terkecuali celana dalam dan BHnya pun tak lagi di tempatnya dan mengambil kaim panjang dan melilitkan ketubuh sintalnya sehingga lekuk tubuh istriku dimana kedua payudara dan kedua puting nya menonjol di bagian dada dan pantat bahenol nya. “Mas mas ..!!!” istriku membangunkanku. “Eeeh ? ada apa, dik….?” tanyaku “Eee ? aku eeee ?. Pak Deran mau mijit aku mas?!!!” kata istriku terbata-bata. “Lho, kamu sakit atau terjatuh…. ?? tanyaku. “Eehh enggak mas, ee katanya dia bisa mengurangi nafsuku ..!!!!” kata istriku mengagetkanku. Tapi lidahku kelu, tak dapat berbicara. “Maass kan tak bisa memuaskanku, sedangkan aku pingin sekali, Pak Deran bisa mengurangi nafsuku, mas, bolehkan…. ????” aku hanya diam dan diam, istriku pun menganggapku setuju.

“Paaakk…Pak Deran, ayoo…masuk siniii…, pak..!!!” istriku memanggil Pak Deran. Pak Deran yang mengenakan sarung membawa tas plastik itupun masuk kamarku. Kemudian istriku tidur tengkurap diatas tempat tidur disampingku dengan posisinya berlawanan denganku sehingga kaki istriku di dekat kepalaku dan Pak Deran duduk dipinggir ranjang, serta mulai memijat betis istriku, telapak kaki dan kemudian kedua tangan istriku. Kelihatan pijatan Pak Deran wajar-wajar saja, sampai akhirnya Pak Deran memijat tengkuk istriku dan kulihat mulutnya komat kamit seperti membaca sesuatu, kemudian Pak Deran meniup tengkuk istriku dan…..terdengar istriku mendesis “Eccch ?eeeeccchhhhh. …!!” 2 kali dan ke 3 kalinya istriku semakin mendesis. “Dibalik badannya, Jeng….!!!! !!” perintah Pak Deran pada istriku dan Pak Deran memijat kedua tangan istriku dan kemudian kaki istriku.

Pak Deran akhirnya memijit punggung dan telapak kaki istriku dan istriku semakin mendesis-desis dan tubuhnya mulai meregang. “Ini mulai, Jeng Yati,…!!!” kata Pak Deran semakin intensif memijit telapak kaki istriku dan istriku makin lama makin meregangkan kedua kakinya dan kedua lututnya semakin tertekuk. Begitu Pak Deran memijat kedua pergelangan kaki istriku, istriku langsung mengkangkangkan kedua kakinya sehingga terlihat olehku selangkangan istriku yang ditumbuhi bulu-bulu lebat…. “Wuuh Jeng Yati sangat tinggi ini..!!!” kata Pak Deran dan tangan kanannya meraih tas plastiknya dan kuingat Mbah Muklis, dan Pak Deran membuka bungkusan yang berisi sarung keris sebesar batang kemaluan orang dewasa tapi tanpa keris dan diletakkan diantara kedua kaki istriku yang terkangkang tanpa sepengetahuan istriku. PokerQQ

Pak Deran berdiri dan mendudukkan istriku dan Pak Deran kemudian duduk bersila di belakang istriku, Pak Deran memijat tengku istriku kembali dan meniup niup tengkuk istriku dan kulihat kedua tangan istriku lunglai dan istriku mendesis desis sedangkan sarung keris itu merayap mendekato selangkangan istriku dimana istriku semakin mengkangkangkan kedua kakinya. Istriku semakin lunglai dan tubuh istriku rebah ke dada Pak Deran yang sudah mengkangkangkan kedua kaki di samping tubuh istriku “Paak apa ituuuu…paaakkkk? !!!!” istriku mendesis saat sarung keris sebesar batang kemaluan dewasa menempel di selangkangannya dan pantat bahenolnya pun bergetar. “Paaak apaaa oooooooccccchhhhh ….paaakkkk ?!!!!!!!” istriku merintih panjang. “Biar nafsumu keluar, Jeng…..!!! !” kata Pak Deran dan kulihat sarung keris sebesar batang kemaluan dewasa bergetar dan kudengar bunyi “kecepak di selangkangan istriku, sambil pantat bahenol bergetar.

Aku hanya bisa melotot melihat sarung keris sebesar batang kemaluan dewasa mulai menguak bibir vagina istriku dan membuat istriku mengkangkangkan kedua kaki nya lebih lebar-lebar lagi. “Paaaaak Deraaan ooooohhhhh.. ..kookkkk masuuuk?..paaakkkk. …!!!!!” istriku merintih dan kulihat sarung keris sebesar batang kemaluan dewasa itu mulai menembus masuk liang vagina istriku. “Apanya yang masuk, Jeng …..???? tanya Pak Deran berpura pura. “Nggak tahu paaak..iiiii. ..oooooggggghhhh hhh…… paaakkkk. ….!!!!” istriku mendesis “Lho, masuk kemana…..? ” tanya lagi Pak Deran “EEEcccgggghhhhh. .. ke…keeee.. . amuuukuuuu?paaaakkkk ?!!!!” istriku merintih dan mulai menceracau menandakan nafsu nya sudah mulai naik. “Anu, apa Jeng Yati….? “OOcch anuu….kuuu. … paaaak,….! !!!” istriku merintih-rintih dan kedua tangan Pak Deran mulai turun ke kedua lengan istriku dan….. “Paaaak….jaaaa. …jaaangaannnn. ..paaaakkkkk. …aaaa.. ..aaaaaddaaa. .. ….ssuuuu.. suu….. uuuamikuuuu. .paaaakkkkkkk. ….!!!!! ” istriku mendesis panjang terputus-putus saat kedua tangan keriput Pak Deran mulai meremas-remas kedua payudaranya, “Anu apa, Jeng Yati…..? bisik Pak Deran di telinga kanan istriku dimana kepalanya terkulai dibahu kiri Pak Deran. Sementara itu, ujung tumpul sarung keris sebesar batang kemaluan dewasa itu berputar menggetarkan pantat bahenol istriku dan “Toroookkuuuuuu paaaaak adaa yang….maaaaa. .. maaaasuuk toroookkuuuu? !!” istriku meracau dan “Hhhhuuuuuaaaaggggg hhhhhh… .aaaaaaaddduuuuu uhhhhh… …beee.. beeesaaa arrrrr…… aaaammmmmaaaatttttt ….paaaakkkkkk ?..!!!!” rintih istriku dan sarung keris sebesar batang kemaluan dewasa menembus makin dalam liang vagina nya. “Ayo….jeeengg. sambil… dilihat.. ..!!!!,” kata Pak Deran enteng sambil menyungkapkan kain panjang istriku hingga selangkangan istriku terlihat dan Pak Deran menundukkan kepala istriku yang lunglai ke selangkangan nya, yang mulai dijejali sarung keris sebesar batang kemaluan dewasa itu. “Iiiiihhhhhhh. …aaaaappaaa iiiiniii…. paaaaaakkkkkk ?!!!!!” rintih istriku, kemudian… “Beeeuuuuzzzaaarrrr ..aaaaammaaaaatt tt….paaaakkkkk? .ooooo hhhh…paaakkkk. …!!!!!” istriku merintih saat dia melihat sarung keris sebesar batang kemaluan dewasa itu menembus masuk ke liang vaginanya dan kulihat bibir vagina istriku menggelembung seolah-olah ditiup, karena desakan sarung keris besar itu di dalam liang vagina nya sehingga dia semakin mengkangkangkan kedua kaki nya lebar-lebar.

Istriku mengerang-erang keras seirama dengan meluncur keluar masuknya sarung keris tersebut menembus liang vaginanya… “Nngngngaaaaaaaccch hhh ??beeezzaaaaaarrr hghghghghghhh ??!!!!!” sambil kepala nya lunglai bersandar di bahu kiri Pak Deran dan kedua tangan keriput Pak Deran menyusup ke kain panjang bagian atas istriku dan dengan gemasnya Pak Deran meremas-remas payudara istriku yang menggelinjang- gelinjang, sementara mulut istriku merintih-rintih, mengerang dan menggeram, dan bahkan badannya kemudian mengejan-ngejan dengan keras karena sarung keris besar tersebut mulai menghujam makin dalam keluar masuk di liang vagina nya.

Sementara itu, Pak Deran berhasil melepas ikatan kain panjang istriku dan terkuaklah kedua payudara montok istriku, lalu kedua tangan keriput Pak Deran mulai meremas remas lagi dengan ganas kedua payudara istriku dan jari-jari tangan Pak Deran memelintir sambil menarik-narik kedua puting susu istriku secara bergantian seolah Pak Deran sedang merempon sapi betina yang sudah waktunya mengeluarkan air susunya. “Paaaaaak ??oooooooohhhhh. …..paaaakkkk. ..!!!” rintih istriku saat mulut Pak Deran mencaplok payudara kanannya dan tak lama setelah itu bunyi “sreep sreep” terdengar menandakan air susu istriku telah keluar akibat jilatan lidah Pak Deran di puting susu kanan istriku. Pak Deran membentangkan tangan kanan istriku yang lunglai agar Pak Deran mudah mengempot payudara istriku dan kulihat istriku benar- benar menikmati perlakuan Pak Deran, penjaga malam itu, sementara pantat bahenolnya bergoyang, berputar maju mundur akibat sarung keris yang keluar masuk di liang vagina nya dan tubuhnya terus bergetar hebat, nafas istriku mendengus-dengus oleh perbuatan Pak Deran di payudara nya dan sarung keris sebesar batang kemaluan dewasa yang menghujam keluar masuk semakin cepat di liang vagina istriku membuat ia mandi keringat dan….. “Paaaak…paaaaakkk k Deraaaaaan.. .aaaaa… .aaaaaakuuu. …..oooccccchhh hh…paaaaaak ….aaa aa….aaaakuuu nggaaaaaak taahaaaan ? aaaa…aaakuuuu. ..keee… .keeeluaaaar ?paaaaakkkkk. …..!!!! ” istriku mengerang keras dan pantat bahenol istriku tersentak sentak dengan kuat ketika dia mengalami orgasme yang dasyaattt malam itu. BandarQQ

Rupanya sarung keris sebesar batang kemaluan dewasa di liang vagina nya tak berhenti juga keluar masuk di liang vagina nya dan bahkan semakin cepat membuat nafas istriku semakin mendengus-dengus seperti kuda betina yang digenjot tuannya untuk berlari kencang, dimana pantat bahenol nya tersentak-sentak dan terangkat angkat tak karuan dan Pak Deran yang sudah menghabiskan air susu payudara kanan istriku, langsung mencaplok dan mengempot dan menyedot nyedot payudara kiri istriku sementara jari-jari tangan kanan Pak Deran tak henti-hentinya mremelintir sambil menarik-narik puting susu kanan istriku dan istrikupun mengangkat pinggulnya ke atas dannnn “Paaaaak…ooohhhhh ……… .aaaa…aaakuuuu u keluar lagiiiiiiiiii ??.paaakkkkk.. .. !!!!!” istriku mengerang mencapai orgasme keduanya. Pak Deran rupanya sudah tak sabar lagi dan dia menidurkan istriku yang sudah mengkangkangkan kedua kaki dan mulutnya komat kamit. Selanjutnya, sarung keris sebesar batang kemaluan dewasa itu pun muncul dan keluar dari liang vagina istriku dan seolah mengerti perintah, sarung keris itu masuk ke tempatnya semula dan Pak Deran menutupkan sarungnya di kedua kaki istriku yang sudah kegatalan ingin disetubuhi Pak Deran, penjaga malam perumahanku dan “Hgggggggggghhhhhh ??..aaaaaaagggghhhhhh hh……! !!!!!” kudengar suara istriku menggeram saat kulihat pantat Pak Deran mulai turun naik diantara kedua kaki istriku yang terkangkang lebar seolah punggung istriku digebuk keras. “ppppfffaaaak ?. amppffuuuuunnnn ?.beeezzzzzaaaaaarrr seeekaliiiiiii kontooolmuuu paaaaak ? hhhgggggggggghhhhhh h ?..rooobeeeeek naaatniiii liaaaangkuuuu paaaaaak hhhgggggggggghhhhhh ?.!!!!!” Kulihat kedua jari-jari tangan istriku yang lunglai itu mencengkeram lengan Pak Deran yang menopang tubuhnya saat menggenjot batang kemaluan nya ke liang vagina istriku dan entah karena kebesaran kedua kaki istriku terkangkang lebar, sehingga sarung Pak Deran pun tersingkap dan betapa kagetnya aku saat kulihat batang kemaluan Pak Deran sebesar kuda itu sudah separuh menjejali liang vagina istriku, dimana bibir vagina istriku seolah-olah ditiup menggelembung besar karena desakan batang kemaluan sebesar kuda Pak Deran itu.

Pak Deran berhenti menghujamkan batang kemaluan sebesar kuda nya saat istriku melenguh keras dan pingsan. Aku mengira Pak Deran akan melepas batang kemaluannya yang sebesar kuda dari liang vagina istriku yang pingsan, tapi mulut Pak Deran komat kamit dan begitu wajah istriku ditiup oleh Pak Deran, istriku pun tersadar kembali dan Pak Deran menjejalkan kembali batang kemaluan sebesar kuda nya ke liang vagina istriku sehingga kudengar gemeletuk gigi istriku merasakan liang vagina seolah robek. Pak Deran kini mempermainkan kelentit istriku dan istriku mulai mengerang kembali mendapatkan kenikmatan hasrat seksualnya, sehingga bunyi “cek cek” lendir vagina istriku terdengar kembali menandakan nafsu istriku mulai naik dan suara lendir vagina istriku semakin keras dan seperti tak percaya kulihat batang kemaluan sebesar kuda Pak Deran mulai masuk ke dalam liang vagina istriku perlahan namun pasti. “kontolmu besaaar ? kontolmu besaaar paaak eeeccch aku nggak pernaaaah merasakan uuummpppfff paaaakk akuuuu oooocccch paaaaaaakk engngngngngngngng ??.”istriku mengejan keras saat mencapai orgasme ketiganya malam itu dan hal itu memudahkan batang kemaluan sebesar kuda Pak Deran semakin masuk ke liang vagina istriku yang berlendir karena orgasmenya sehingga tak kusangka batang kemaluan sebesar kuda Pak Deran amblas keseluruhan ke liang vagina istriku dan Pak Deran menindih tubuh istriku

Kulihat kedua tangan Pak Deran meremas remas kedua payudara istriku kembali, mulutnya mengulum bibir merah istriku dan istriku meladeni kuluman Pak Deran dan kulihat lidah Pak Deran menyusup ke rongga mulut istriku dan menjilati dalam rongga istriku yang kian terangsang kembali dimana jari-jari tangan istriku meremas remas punggung Pak Deran dan Pak Deran mulai menggoyangkan pantatnya dan istriku mencengkeram punggung Pak Deran disertai nafas istriku mendengus- dengus dan tak lama kemudian pantat bahenol tersentak sentak mencapai orgasmenya ke empat. Malam itu, Pak Deran menyetubuhi istriku tanpa henti dan aku hanya dapat menghitung pantat bahenol istriku tersentak sentak lebih dari enam kali dan akhirnya Pak Deran menggenjot pantatnya naik turun semakin lama semakin cepat dan menghujam kan batang kemaluan sebesar kuda diserati erangan panjang dan bunyi “preet preeet”berulang ulang dari liang vagina istriku saat Pak Deran menumpahkan airmaninya di rahim istriku.

Keesokkan paginya Pak Deran baru pulang meninggalkan istriku yang hampir pingsan dan seharian istriku tak dapat turun dari tempat tidur karena liang vagina dan bibir vagina istriku membengkak.

Hari-hari berikutnya, istriku menolak dengan halus saat Pak Deran mengajak istriku bersetubuh dan sebagai gantinya sering kulihat istriku mengulum batang kemaluan sebesar kuda Pak Deran dan istriku selalu berusaha menelan air mani Pak Deran saat Pak Deran ejakulasi di mulut istriku .

Rupanya istriku hampir tiap hari mengulum batang kemaluan sebesar kuda Pak Deran dan bahkan sering kulihat dua kali sehari dan hal ini merontokkan kesehatan Pak Deran yang akhirnya jatuh sakit dan pulang ke desanya.


CeritaDewasa - Ini adalah cerita pengalamanku yang sedang kualami sekarang, Dan aku mengetiknya di sela-sela istirahat sehabis melakukan seks. Aku seorang pengusaha muda dan mahasiswa jurusan ekonomi. Aku tinggal di sebuah kompleks bank pemerintah yang kini bank tersebut sudah dimerger.

Aku sudah mempunyai pacar yang kebetulan tetanggaku di kompleks tersebut. Orangtuaku termasuk orang terpandang, sehingga aku di kalangan anak muda di kompleks tersebut cukup disegani. Dua tahun yang lalu aku merupakan ketua organisasi remaja, sehingga aku semakin dikenal oleh berbagai kalangan di lingkunganku.

Kebetulan di lingkunganku banyak gadis remaja yang cantik-cantik. Termasuk pacarku yang sekarang merupakan salah satu gadis yang menjadi incaran anak-anak muda di lingkungan tersebut.

Entah kenapa dia mau menjadi pacarku. Sejujurnya aku menyukai beberapa gadis cantik selain pacarku tersebut, tetapi aku berpikir dua kali jika aku berbuat macam-macam pasti akan menjadi bahan omongan di lingkunganku.

Singkat cerita, aku tergoda oleh salah satu anak tetangga orangtuaku, sebut saja Gita (nama sengaja kusamarkan). Padahal aku sudah menjalin asmara dengan gadis yang juga tetanggaku. Kami bahkan sudah bertunangan. Gita adalah seorang mahasiswi Tarqi. Ia mempunyai body yang sangat menggoda, walaupun agak sedikit gemuk, tetapi ia mempunyai bibir yang sexy dan mempunyai payudara berukuran 36B.

Sebagai gambaran, body-nya mirip dengan artis Feby Febiola, dan bibirnya seperti Cornelia Agatha. Tingkah lakunya selalu menggodaku. Sebagai laki-laki normal, kadang aku berpikiran agak kotor.

Hingga suatu kesempatan, ia meminta bantuanku untuk dicarikan HP dengan harga miring. Tentu saja kesempatan itu tidak kusia-siakan (dalam hatiku aku akan membelikannya HP tersebut dengan cuma-cuma).

Aku menyanggupinya, tetapi aku memberikan syarat agar ia mau kuajak pergi makan dan nonton berdua tanpa sepengetahuan pacarku dan teman-temanku. Dasar Gita memang centil, persaratanku ia setujui karena ia pikir sangat mudah sekali untuk menjalaninya.

Akhirnya aku membelikannya HP yang ia inginkan, dan aku pun menagih janjinya. Kemudian pada hari minggu siang, aku dan Gita pergi berdua untuk makan siang dan nonton. Ketika kami sedang nonton, kesempatan tersebut tidak kusia-siakan untuk sekadar mencium dan meraba-raba tubuhnya. Tidak kusangka ia malah bilang kepadaku sebenarnya ia juga menyukaiku. Ketika aku dengan hot-hotnya menciumi dan menggerayangi tubuhnya, ia berbisik kepadaku bahwa ia sudah horny, dan mengajakku keluar dari bioskop untuk pergi ke pantai.

Ketika di tengah perjalanan, aku memberanikan diri untuk mengajaknya ‘chek in’ di hotel yang terdekat, ternyata ia menyetujuinya. Aku tiba di hotel yang dituju sekitar puku 3 sore. Setelah aku membayar kamar hotel tersebut, aku dan Gita dengan langkah yang terburu-buru menuju ke kamar hotel.

Sesampainya di kamar hotel dan mengunci pintu, aku langsung melancarkan ciumanku, dan Gita membalasnya dengan sangat antusias. Kemudian masih dalam keadaan berdiri kubuka pakain serta celana panjangnya hingga ia hanya memakai BH dan CD yang berwarna hitam.

Kemudian ia juga memintaku untuk membuka baju dan celana panjangku. Kini kami dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja. Kemudian ia kubimbing ke atas ranjang yang berukuran double size. Aku mulai melumat bibirnya yang sexy dan menciumi serta menjilat seluruh tubuhnya. Kemudian ketika aku mencium CD-nya, di bagian kemaluannya yang sudah basah, ia menggelinjang dan sesekali merintih-rintih keenakan. Setelah aku puas menciumi seluruh tubuhnya, kemudian kubuka BH dan CD-nya.

Aku pun membuka CD-ku, kini kami berdua sudah benar-benar bugil.Aku sampai menahan nafas ketika kulihat payudaranya yang besar dan montok. Dengan sangat bernafsu kulumat puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan.

Karena sebenarnya Gita masih berusia 20 tahun, sehingga terlihat body-nya yang serba kencang. Aku juga meraba dan mengusap bulu-bulu di kemaluannya yang sangat lebat. Aku semakin bernafsu mencium dan menjilat seluruh tubuhnya yang mulus.

Kemudian aku memasukkan dua jari tanganku ke dalam vaginanya yang sudah basah, sedangkan lidahku sibuk menjilati puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Gita semakin merintih-rintih dan menggelinjang serta nafasnya mulai berat. Kemudian kubuka kedua pahanya lebar-lebar agar aku dapat dengan leluasa memainkan lidahku ke dalam vaginanya. Aku menjilati dan memainkan klitorisnya dengan penuh gairah.

Setelah kupuas, giliran Gita memainkan rudalku yang sudah tegang dengan lidahnya. Ia jilati kemaluanku yang berukuran lumayan panjang dan besar (kira-kira 20 cm dengan diameter 3,5 cm).

Ia menjilat dan mengulum rudalku dengan penuh kenikmatan. Aku tidak menyangka kalau kemaluanku akan dibersihkan oleh gadis impianku. Setelah ia puas, kemudian Gita mengambil posisi telentang dengan kedua paha dibuka lebar-lebar, ia memintaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam vaginanya. Aku mengambil ancang-ancang untuk memasukkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya yang sudah basah.

Kupikir pasti aku tidak akan kesulitan untuk memasukannya, ternyata beberapa kali aku mencoba selalu saja meleset, dengan tidak sabar Gita menarik rudalku dan mengarahkan ke arah lubang kewanitaannya. PokerQQ

Ternyata Gita masih perawan, tetapi dengan kegigihanku akhirnya aku berhasil memasukkan ujung rudalku ke dalam vaginanya. Ketika kutekan dengan sedikit paksaan, Gita menjerit kesakitan, kemudian aku menghentikan sejenak seranganku sampai kulihat ia sudah siap kembali, dan perlahan-lahan kumasukkan batang rudalku. Gita kembali merintih menahan sakit.
Aku bertanya, “Git, kamu mau diterusin atau nggak..?”
Ia menjawab, “Terusin dong sayang, tapi pelan-pelan ya..!”
Akhirnya dengan perjuangan yang cukup melelahkan, aku berhasil memasukkan setengah batang kemaluanku, dan aku mendiamkan sejenak aktifitasku.

Aku merasakan dari vagina Gita keluar darah segar pertanda keperawanannya sudah hilang. Dinding vaginya yang lembut dan hangat memijat-mijat batang kemaluanku. Aku tidak terlalu memaksa untuk membenamkan seluruh rudalku ke dalam vaginanya. Mungkin ukuran rudalku yang lumayan panjang, sehingga membuat sakit vagina Gita yang baru pertama kali melakukan seks.

Kemudian aku mulai menaik-turunkan pantatku secara perlahan dan beraturan. Dan secara perlahan-lahan aku membenamkan rudalku sedalam-dalamnya, hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam vagina Gita. Gita sudah mulai terbiasa dengan rudalku, malah ia mulai memutar pinggulnya, sehingga semakin menambah kenikmatan pergumulan kami saja.

Aku semakin bersemangat untuk memainkan rudalku dengan cepat. Permainanku diimbangi Gita dengan menjepit pantatku dengan kedua kakinya. Aku merasakan rudalku semakin mentok saja mengenai ujung rahimnya. Kami berganti posisi dengan cara sambil duduk. Gita semakin terlena, karena posisi tersebut membuat rudalku semakin bergesekan dengan klitorisnya, sehingga hal itu membuat Gita semakin terbakar birahinya.
Kami sempat beristirahat sejenak, karena posisi tersebut banyak menguras tenaga kami. Sambil istirahat aku meremas-remas dan menjilati serta menghisap puting susuya secara bergantian. Setelah tenaga kami terkumpul, kami melanjutkan kembali dengan lebih menggebu-gebu.

Setelah kira-kira 25 menit kami bergumul hebat, aku mulai merasakan spermaku akan keluar, begitupun dengan Gita, ia mulai mendekati orgasmenya. Aku merasakan dinding vaginanya yang berdenyut kencang dan semakin banjir.

Aku berkata setengah berbisik, “Git, aku sudah mau keluar nih, kita keluarinnya sama-sama ya..?”
Gita menjawab dengan terputus-putus, “Ia.. sa.. yaa.. ngg.. sshh.. cepetan dong keluarinnya aku.. sebentar lagi selesai nih..!”
Dengan nafas yang tidak beraturan, aku menjawab, “Tahan sebentar ya sayang.., aku juga sudah mau keluar..”
Tidak lama kemudian aku memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya, dan aku pun merasakan cairan hangat dari dalam vagina yang mengenai rudalku.

“Ooohh.. shh..” hampir bersamaan kami melenguh mengakhiri perjalan yang melelahkan dan penuh kenikmatan.
“Sayang.., vaginaku hangat banget sama spermamu..” Gita memberikan komentar puas dengan keperkasaanku.
Kemudian kami beristirahat sejenak sambil memberikan pujian kepuasan masing-masing. Tetapi tanganku dan Gita masih meraba-raba dan mengusap kemaluan kami satu sama lain, sehingga birahi kami kembali timbul. Kali ini Gita yang mendahului dengan menjilat dan melumat hampir seluruh rudalku ke dalam mulutnya. Bukan hanya itu saja, ia juga dengan sangat agresif menciumi seluruh tubuhku.

Aku mendorong tubuhnya ke samping hingga ia telentang. Kini giliranku untuk menciumi seluruh tubuhnya. Payudara Gita yang sudah mengeras dan puting susu menjulang tinggi, membuatku semakin bernafsu untuk meremas, menjilati serta menghisap-hisap puting susunya hingga puting susu Gita semakin terlihat basah dan mengkilap. Jari-jari tanganku dengan nakal memainkan klitoris dan menyodok-nyodok ke dalam vaginanya yang sudah banjir.

Gita semakin kelojotan dan mulai memohon-mohon kepadaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku merubah posisi dengan tidur telentang, sementara Gita berjongkok sambil mengangkang untuk mengambil posisi memasukkan zakarku ke vaginanya. Dengan tidak sabar Gita meraih batang kemaluanku dan dituntun ke arah vaginanya. Ketika rudalku mulai memasuki vagina Gita yang pinggirannya ditumbuhi bulu-bulu lebat, aku merasakan dinding vaginanya yang sudah banjir menghangatkan dan memijat-mijat batang zakarku.

Gita mulai menggerakkan pinggulnya yang montok ke atas ke bawah, dan memutarnya ke kiri dan ke kanan. Sedangkan tanganku mulai meremas-remas sepasang payudara yang besar dan kencang. Gita dengan sangat bernafsu menekan pantatnya kuat-kuat, sehingga rudalku seluruhnya amblas ditelan vaginanya. Kali ini Gita yang memegang peranan, aku menurutinya saja, karena kulihat dengan posisinya yang di atas ia sangat bergairah sekali.

Aku mengangkat badanku untuk melumat puting susunya. Perbuatanku semakin membuat Gita mabuk kepayang. Ia memeluk kepalaku ke arah payudaranya. Pantatnya semakin cepat ditarik dan diputar-putar. Hingga akhirnya ia mencapai orgasme yang kedua kalinya.

Aku yang belum mencapai klimaks membuat keputusan berganti posisi dengan dogie style.
Gita mengambil posisi menungging, kemudian kuarahkan rudalku ke vaginanya lewat belakang. Aku sangat bernafsu sekali melihat pantatnya yang lebar dan sexy. Tangan kananku memegang dan menepuk-nepuk pantatnya, sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaranya. Gerakan tersebut kulakukan secara bergantian. Ternyata posisi tersebut membuat Gita bangkit kembali gairahnya, karena klitorisnya terkena gesekan rudalku.

Kali ini Gita mulai memberikan perlawanan. Ia menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur berlawanan dengan arah goyangan pantatku. Ketika Aku mendorong pantatku ia menyodorkan pantatnya ke belakang, dan ketika Aku menarik pantatku ke belakang ia menarik pantatnya kedepan.Irama nafas kami semakin cepat, kami melakukan goyangan dengan cepat, sehingga setiap kali kucabut dan menyodok vaginya dengan rudalku timbul bunyi akibat vagina Gita yang banjir oleh lendir birahi. Aku mulai merasakan spermaku akan segera keluar.

Ternyata Gita juga sudah merasakan ia akan mengalami orgasme yang ketiga kalinya. Tidak lama kemudian rudalku memuntahkan sperma secara berturut-turut di dalam vaginanya. Aku pun merasakan gerakan Gita yang bergoyang-goyang pelan dan tegang, sedangkan punggungnya telihat melengkung seperti udang karena ia juga telah orgasme.

Aku mencabut batang kemaluanku dari vaginanya setelah Aku tidak merasakan muncratan spermaku. Aku telentang lelah, sedangkan Gita menjilati sisa-sisa spermaku yang masih keluar dari zakarku.

Ia menghentikan aktifitasnya setelah spermaku tidak keluar lagi. Kami berpelukan erat sambil menghayati kenikmatan yang barusan kami lakukan. Kami melakukan bukan hanya sekali saja, tetapi entah sampai berapa kali. Permainan kami semakin lama bertambah hot saja, karena ternyata Gita mulai terbiasa dan ketagihan dengan keperkasaan rudalku. Kami memutuskan pulang setelah merasa sudah sama-sama lemas dan puas. Andai saja kami melakukannya pada malam minggu, mungkin kami akan terus melakukannya sampai pagi.

Setelah kejadian pada malam itu, hingga kini kami jadi sering melakukannya sampai pagi. Aku melakukan hubungan seks dengan Gita dengan system kalender, hal itu kami lakukan untuk menghindari kehamilan. Aku semakin ketagihan, karena tunanganku adalah tipe gadis pendiam dan alim, dan aku tidak pernah mendapatkan pelayanan darinya. Kemanapun aku pergi, termasuk chek-in, aku selalu membawa laptop.

Komputer tersebut kupergunakan untuk memantau perkembangan usahaku, selain itu juga digunakan untuk mengetik ceritaku dan memutar film blue sebagai pembakar hasrat birahi kami. Tentu saja perbuatanku yang sedang menceritakan seks kami tidak diketahui oleh Gita, karena ia masih tertidur untuk istirahat sejenak.

Senin, 26 Agustus 2019



CeritaDewasa - Panggil saja namaku Andri, aku adalah seorang pria lajang berumur 25 tahun yang berkerja di salah satu perusahaan asing di daerah kuningan, Jakarta. Sebagai Pria lajang, dulunya aku tinggal bersama orang tuaku di perumahan komplek militer. Namun karena aku adalah seorang Pria yang sudah dewasa, maka aku-pun memutuskan untuk mandiri.

Sungguh memang sudah rejekiku, ketika aku memang bermaksud untuk tinggal sendiri kebetulan saudaraku menawarkan aku untuk menghuni apartemen miliknya, karena dia akan dibawa untuk tinggal bersama suaminya ke Malang, jawa timur. Pada hari pertama aku akan tinggal di apartemen saudaraku itu, maka aku harus lapor kepada Pengurus Apartemen.

Setelah melapor aku dimintai untuk ikut menjaga adik perempuan ketua pengurus apartemen yang kebetulan adiknya tinggal di sebelah kamar apartemen saudaraku, adik perempuan ketua pengurus apartemen itu ternyta bernama Tante wilda. Singkat cerita Hari kedua aku-pun sebagai penghuni baru mulai mencoba berkenalan dengan Tante wilda.

Dan ternyata setelah berkenalan ternyata beliau tidak terlalu tua, dan jika aku perkirakarakan usianya sekitar 35 tahunan. Tante wilda ini tipe wanita yang ramah dan baik sekali. Namun dalam perkenalan dan obrolan kami saat itu aku agak sedikit heran, karena pada usianya yang sudah terhitung matang sekali tante wilda belum juga menikah.

Yah mungkin saja tante wilda punya masih focus dengan karirnya kali yah, karena aku melihat pada usianya yang segitu dia sudah mapan sekali kehidupanya, buktinya tante wilda sudah mempunyai apartemen dan 2 mobil All New CRV dan All new civic. Tante wilda ini mempunyai 2 pembantu, yang satu supir dan yang satu asisten rumah tangga di apartemennya.

Sampai pada suatu hari Tante wilda menitipkan kunci Apartemen-nya karena pada saat itu pembantu dan supir-nya sedang cuti karena pada saat itu hari raya idul fitri. Sehingga beliau tingal di rumah kakaknya di lantai 12. Oh iya gambaran Tante wilda sebagai berikut, dia mempunyai tinggi badan sekitar 166 cm, mempunyai pinggul yang besar, pantat yang bulat, pinggang yang ramping, perut singset dan ukuran Bra sekitar 34B.

Hal itu bisa dimiliki oLeh Tante wilda karena tante wilda rajin senam aerobic, fitness, dan renang yang diikutinya secara rutin. Dengan wajah cantik dan warna kulit yang putih bersih, wajarlah jika Tante wilda menjadi impian banyak lelaki baik-baik maupun lelaki hidung belang.

Hingga pada suatu sore, saat saya pulang kerja saya mendengar ada ketukan pintu di apartemenku , kemudian saya intip dari lubang pintu ternyata Tante wilda,

“ Iya sebentar, oh ada tante ada yang bisa saya bantu tante ???, ” ucapku sambil membuka pintu.

“ Ngga Ndri ada surat atau tagihan kartu kreditku ngga dari Front Office depan?, ” jawab Tante wilda.
“ Sepertinya ngga ada tante, ” jawabku

“ Eh aku numpang ke kamar mandimu ya, ” sambil meringis, mungkin dia udah kebelet pips he he he.

“ Silahkan tan tapi kamar mandinya ngga sebersih punya tante lho maklum bujangan, ” ucapku sambil tertawa.

“ Ngga apa apa, ” jawabnya.

Baru aku sadar bahwa Tante wilda memakai baju training tipis mungkin baru lari atau fitness di lantai 2,

“ Abis lari ya tan, ” tanyaku.

“ Iya tapi nyari kamar mandi susah mana liftnya lama lagi, ” ujar Tante wilda sambil ngeloyor ke kamar mandiku.

Sambil jalan ke dapur aku berfikir kok kayaknya ada yang salah ya dengan membiarkan si tante ke kamar mandi tapi apa ya ?. Ya ampun tadi khan aku lagi nonton film porno di laptop memang kebetulan mau onani sih maklum belum ada pasangan/pacar. Wah mati gue ketahuan dah sama Tante wilda. Ah bodo amat bodo amat kaya dia ngga pernah muda aja.

Begitu keluar dari kamar mandi si tante senyum-senyum, wah malu deh aku,

“ Hayo kamu tadi lagi ngapain Ndri? tanya si tante.

“ Ngga ngapa-ngapain kok Tan, ” jawabku sambil menunduk kebawah.

Dan tanpa saya sadari tiba-tiba dia mencekal tangan saya,

“ Ndri, ” ujarnya tiba-tiba dan terlihat agak sedikit ragu-ragu.

“ Ya Tante ?, ” Jawab saya.

“ Eee… nggak jadi deh, ” Jawabnya ragu-ragu.

“ Ada yang bisa saya bantu, Tante ?, ” Tanya saya agak bingung karena melihat keragu-raguannya.

“ Eee… nggak kok. Tante cuma mau nanya, ” jawabnya dengan ragu-ragu lagi.

“ Kamu sering ya nonton film itu di kamar mandi ?, ” tanya dia.

“ Iya sih tan. Maklum tan belum punya pasangan ?, ” jawab ku terpaksa.

“ Terus pake sabun ya ? he he he, ” ucap Tante wilda sambil tertawa.

“ Iya tan, udah ah aku tengsin nih malu ditanya terus, ” Tegasku sambil ngomel.

“ Jangan marah dong , biasa lagi bujangan yang penting jangan main pelacur, jorok nanti kena penyakit, ” jawab Tante wilda.

“ Eee… mau , dibantuin Tante nggak ?, ” sambungnya.

“ Maksud tante ?, ” Tanyaku.

Wah ibarat ada lanjutan dari film ku tadi nih. Kayaknya si tante horni abis,

“ Iya kamu nonton bareng tante khan biar ngga malu lagi, ” sambil melayang tangan Tante wilda ke selangkangan ku.

“ Sana ambil laptop mu, ” ucapnya.

Asik banget dah pikirku tanpa tendeng aling-aling aku berlari kekamar madi dan membawa keluar laptop itu. Kemudian aku setel lebih dulu film yang tadi saya tonton dan belum habis. Beberapa menit kemudian Tante wilda duduk disebelahku sambil membawa teh panas dengan wangi tubuh yang segar.

Saya selidiki tiap sudut tubuhnya yang masih terbalut baju training dan kemudian beliau melepas atasannya sehingga terlihat tanktop tipis biru muda yang agak menerawang tersebut, sehingga dengan leluasa mata saya melihat puncak buah dadanya karena dia tidak memakai Bra. Tanpa kusadari, di antara degupan jantungku yang terasa mulai keras dan kencang.

Saat itu kelaminku juga sudah mulai menegang. Dengan santai dia duduk tepat di sebelahku, dan ikut menonton Film Porno yang sedang berlangsung,

“ Cakep-cakep juga yang main, ” akhirnya dia memberi komentarnya.
“ Dari kapan Ndri mulai nonton film beginian ?, ”tanyanya.
“ Udah dari dulu Tante, ” ucapku.
“ Mainnya juga bagus dan tidak kasar. Ndri udah tahu rasanya belum ?, tanya dia lagi.
“ Ya sempet sih tan waktu di rumah sakit sama suster, ” ucapku.
“ Wah enak dong lagi sakit di servis suster, ” tanggapanya.
“ Iya tapi udah lama tan udah lupa rasanya, tapi kata temen-temen sih enak. Emang kenapa Tante, mau ngajarin saya yah? Kalau iya boleh juga sih, ” ucapku.
“ Ah Ndri ini kok jadi nakal yah sekarang, ”, ujarnya sambil mencubit lenganku.
“ Tapi bolehlah nanti Tante ajarin biar kamu tahu rasanya, ”, tambahnya dengan sambil melirik ke arahku dengan agak menantang.
Tidak lama berselang, tiba-tiba Tante wilda menyenderkan kepalanya ke bahuku. Seketika itu pula aku langsung membara. Tapi aku hanya bisa pasrah saja oleh perlakuannya. Sebentar kemudian tangan Tante wilda sudah mulai mengusap-ngusap daerah tubuhku sekitar dada dan perut.
Rangsangan yang ditimbulkan dari usapannya cukup membuat aku canggung.
Jujur, karena baru kali ini aku diperlakukan oleh seorang wanita yang usianya diatasku. Kelaminku sudah mulai semakin berdenyut-denyut siap bertempur. Kemudian Tante wilda mulai menciumi leherku, lalu turun ke bawah sampai dadaku. Sampai di daerah dada, dia menjilat-jilat ujung dadaku, secara bergantian kanan dan kiri.
Tangan kanan Tante wilda juga sudah mulai masuk ke dalam celanaku, dan mulai mengusap-usap kelaminku. Karena dalam keadaan yang sudah sangat terangsang, aku mulai memberanikan diri untuk meraba celana yang dia pakai. Aku remas payudaranya dari luar tanktop, dan aku remas-remas, terkadang aku juga mengusap ujung-ujung tersebut dengan ujung jariku,
“ Sssss… Oughh… ya situ, ” ucapnya setengah berbisik.
Tiba-tiba dia memaksa lepas celana pendekku, dan diusapnya kelaminku. Akhirnya bibir kami saling berpagutan dengan penuh nafsu yang sangat membara. Dan dia mulai menjulur-julurkan lidahnya di dalam mulutku. Sambil berciuman tanganku mulai bergerilya melalui celana trainingnya yang aku pelorotkan ke bawah.
Sesampai-nya pada permukaan celana dalamnya, yang rupanya sudah mulai menghangat dan agak lembab. Aku melepaskan celana dalam Tante Hilda. Satu persatu kami membuka baju, sehingga kami berdua menjadi telanjang bulat. Kutempelkan jariku di ujung atas permukaan Vagina-nya.
Dia kelihatan agak kaget ketika merasakan jariku bermain di daerah seputar clitoris-nya. Lama kelamaan Aku masukkan satu jariku, lalu jari kedua,
“ Aghhh… Ssssss… Oughhh… terus Ndro, terus, ” ucap lirih Tante Hilda.

Ketika jariku terasa mengenai akhir lubangnya, tubuhnya terlihat agak bergetar,

“ Eughhh… Ndri terus, Aghhh… Sssss… Aghhh… enak, sebentar lagi, Oughhh…, ” ujar Tante wilda.
Seketika itu pula dia memeluk tubuhku dengan sangat erat sambil menciumku dengan penuh nafsu. Aku merasakan bahwa tubuhnya agak bergetar (yang kemudian baru aku tahu bahwa dia sedang mengalami orgasme). Beberapa saat tubuhnya mengejang-ngejang menggelepar dengan hebatnya. Yang diakhiri dengan terkulainya tubuh Tante wilda yang terlihat sangat lemas di sofa,
“ Aku kapan Tante, kan aku belum dienakin sama Tante?, ” tanyaku.

“ Nanti dulu yah sayang, sebentar, beri Tante waktu untuk istirahat sebentar aja, ” ucap Tante Hilda.
Tapi karena sudah sangat terangsang, kuusap-usap bibir Vagina-nya sampai mengenai clitoris-nya, aku dekati payudaranya yang menantang itu sambil kujilati ujungnya, sesekali kuremas payudara yang satunya. Sehingga rupanya Tante Hilda juga tidak tahan menerima paksaan rangsangan-rangsangan yang kulakukan terhadapnya.

Sehingga sesekali terdengar suara erangan dan desisan dari mulutnya yang Sexy. Aku usap-usapkan kelaminku yang sudah sangat amat tegang di bibir Vagina-nya sebelah atas. Sehingga kemudian dengan terpaksa dia membimbing batang kemaluanku menuju lubang Vagina-nya. Pelan-pelan saya dorong kelaminku agar masuk semua.

Kepala Penis-ku mulai menyentuh bibir Vagina Tante wilda,

“ Sssss… Aghhhh…. ” rasanya benar-benar tidak bisa kubayangkan sebelumnya.

Lalu Tante wilda mulai menyuruhku untuk memasukan kelaminku ke liang Vagina-nya lebih dalam dan pelan-pelan. So wow Man… baru masuk kepalanya saja aku sudah tidak tahan, lalu Tante wilda mulai menarik pantatku ke bawah, supaya batang kelaminku yang perkasa ini bisa masuk lebih dalam.
Bagian dalam Vagina-nya sudah terasa agak licin dan basah, tapi masih agak seret, mungkin karena sudah lama tidak dipergunakan. Namun Tante wilda tetap memaksakannya masuk,
“ Oughhhh… Ndri, ” Desah Tante wilda.

Saat itu rasanya memang benar-benar luar biasa walaupun kelaminku agak sedikit terasa ngilu, tapi nikmatnya luar biasa. Lalu terdengar suara erangan Tante wilda. Lalu Tante wilda mulai menyuruhku untuk menggerakkan kemaluanku di dalam Vagina-nya, yang membuatku semakin gila. Dia sendiri pun mengerang-ngerang dan mendesah tak karuan.

Beberapa menit kami begitu hingga suatu saat, seperti ada sesuatu yang membuat liang Vagina-nya bertambah licin, dan makin lama Tante wilda terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa menahannya. Lalu tiba-tiba kejantanan-ku terasa seperti disedot oleh liang senggama Tante wilda.

Tiba-tiba dinding-dinding Vagina-nya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali, bisa-bisa kalau begini terus aku bisa ngecrott cepet nih,

“ Sssss… Aghhhhhhhhhhhhhh… Tante keluar lagi nih, ” ucapnya dengan keras.
Saat itu juga makin basahlah di dalam Vagina Tante wilda, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Dan akhirnya Tante wilda terkulai lemas, tapi kelaminku masih tetap tertancap dengan mantap.
Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena aku belum apa-apa.
Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu ujungnya dengan lidahku,

“ Sssss… Oughhh… Aghhhh…, ” desah Tante wilda sudah mulai terdengar lagi.
Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. Aku mencoba untuk menusukkan kelaminku ke dalam liang Vagina-nya, pelan tapi pasti. Kepala Tante wilda agak menengok ke belakang dan matanya melihat mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih dalam.
Kelaminku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam Vagina Tante wilda, lalu aku mulai menggerakkan kelaminku perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat. Dengan gaya seperti ini, desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya konvensional yang tadi.
Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas payudaranya,
sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan Sexy,

“ Sssss… Aghhh… Oughhh… terus Ndro… terus… Aghhh… Oughhh…, ” Tante wilda terus mengerang.

Beberapa menit berlalu, kemudian Tante wilda merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantalan sofa dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada sofa itu.

Saat itu lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas, dan aku merasa kelaminku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun. Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti menggerakkan pinggulku terus.

Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam buah pantat Tante wilda dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang Vagina Tante wilda. Tubuhku terasa sangat lemas sekali.

Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan kelaminku dari liang nikmat milik Tante wilda. Dengan raca kecapaian yang luar biasa Tante Hilda membalikkan tubuhnya dan duduk di sampingku sambil menatap tajam mataku dengan mulut yang agak terbuka, sambil tangan kanannya menutupi permukaan Vagina-nya.

“ Wah kok ngga ditarik sih Ndri, nanti aku hamil lho ?, tanyanya dengan suara yang agak bergetar.

“ Maaf tan aku lupa abis keenakan sih, ” jawabku

“ Ya sudahlah… tapi lain kali kalau sudah kerasa kayak tadi itu langsung buru-buru dicabut dan dikeluarkan di luar ya ?, ” ujarnya menenangkan diriku yang terlihat takut.

“ I… iiya Tante, ” jawabku sambil menunduk.

“ Ya santai aja aku sebenarnya udah minum pil kok Ndri, ” jawan Tante wilda.
Wah rupanya nih tante udah pengalaman dalam hal beginian, tapi ngga apa-apa dah gua belagak culun aja. Kemudian kami berpelukan di sofa, dan melakukan perbuatan itu sekali lagi tapi di kamar mandi. Doggie style terus bro, mantap. Itulah sepenggal cerita sex pada kehidupan nyataku yang telah aku curahkan.


CeritaDewasa - Namaku Reno, dan aku adalah mahasiswa di sebuah PTS ternama di Jogja. Meski aku kuliah di Jogja, tapi aku punya usaha yang cukup untuk aku bisa menepuk dada di depan Orang lain terutama untuk seusiaku, bagaimana tidak jika aku berangkat kuliah naik Great Corolla hasil jerih payahku sejak aku SMA yaitu bisnis ternak ayam potong.

Memang sih sepertinya kurang keren, bagiku itu tidak masalah selama hasilnya bisa mencukupi kebutuhanku bahkan lebih hingga aku pun mulai mengenal dunia malam, dunia gemerlap…

Hingga pada suatu malam aku menghabiskan waktuku bersama teman2ku di sebuah klub malam, waktu sudah menunjukkan pukul 1 Dini hari. Aku pun pamit karna pagi nanti aku ada janji dengan klien yang ingin bekerja sama denganku. Biasanya kalau sudah begini aku memilih tidur di kandang ayamku daripada pulang ke kost karna bakalan bangun kesiangan dan malas untuk ke kandang yang letaknya 50 kilometer dari kostku. Setidaknya kalau aku bangun kesiangan aku gak perlu menempuh jarak puluhan kilo dengn posisi masih ngantuk dan tergesa-gesa karna ditunggu klien baruku yang akan menjadi langgananku nantinya. Meski sebenarnya ada beberapa karyawanku tapi aku lbih puas jika bertemu langsung dengan para klienku.

Meski sedikit kantuk dan masih terpengaruh alkohol tapi aku masih punya sisa kesadaran untuk nyetir malam. Hingga di suatu tempat tiba-tiba pandanganku tertuju pada sosok wanita yang melambaikan tangannya untuk menarik perhatianku, aku coba menebak kalau ibu-ibu ini hendak numpang ke pasar induk yang tak jauh dari tempat usahaku, karna memang sedari tadi aku belum melihat kendaraan angkutan, hanya beberapa kendaraan pribadi yang mungkin tidak mau berhenti untuk memberikan tumpangan. Ya iyalah dini hari jalanan sepi dan harus memberi tumpangan untuk orang tak dikenal, siapa yang mau?

Kecuali aku yang mungkin karna terpengaruh alkohol tak ada rasa was2 entah ibu itu komplotan perampok atau bahkan mahluk halus. Aku pun menghentikan mobilku tepat di depan ibu itu, kubuka kaca jendelaku, kulihat seorang ibu berumur sekitar 40 tahunan mengenakan kebaya, samar-samar wajahnya tidak jelek dan cantikpun tidak, tapi belahan dadanya yang kulihat dibalik selendangnya yang terurai karna berusaha menunduk agar bisa bertatap muka denganku yang masih duduk di kemudi sedan kesayanganku membuatku berfikir licik.

Tanpa berbasa-basi ibu itupun meminta tumpangan untuk ke pasar induk, tapi karna aku yang masih sedikit mabok dan melihat belahan dada ibu itu kembali saat ibu itu berusaha mengangkat sayuran dalam bakul yang diletakkannya di tanah untuk dibawa masuk kedlam mobilku. dan kemudian mengetuk pintu belakang seolah minta dibukakan pintu, dengan berat hati kutarik handle dari dalam dan ibu itu meletakan barang dagangannya diatas jok mobil yang beberapa hari lalu aku lapisi kulit di bengkel variasi. Dengan sedikit ketus aku meminta ibu itu untuk duduk di depan saja, si ibu yang sedikit canggung ahkirnya mau juga pindah duduk di depan sambil terus meminta maaf karena merepotkanku. Dan niat jahatku tiba-tiba muncul ketika aku melirik si ibu dan sepintas melihat belahan dadanya

Entah karna aku masih terpengaruh alkohol. Ahirnya sedapatnya aku berusaha menguasai keadaan dengan berkata; gak papa kok bu numpang mobil saya, asal saya boleh numpang juga sama ibu? Raut wajahnya yang semula lega karna dapat tumpangan mendadak jadi cemas dan ia pun sedikit ketus menjawab; maksud mas apa? Saya cuma maunumpang, tapi kalau mau saya juga bisa bayar! Dengan nada agak marah. Sambil berusaha mencari handle pintu beberapa saat kemudian ia menyerah karna pintu sudah aku kunci dengan central lock. ayolah bu aku cuma numpang tangan ibu buat ngocokin kontiku bu… gak ada yang tahu dan ibu bisa sampai pasar lebih pagi selorohku…

Si ibu mendadak lebih tenang meski pandangannya masih mengarah keluar, aku pun menoba meraih tangannya dan meletakkannya di kontiku yang sudah mulai mengeras sejak kukeluarkan dari celana ketika ibu itu marah2. Mungkin karena penasaran dengan ukuran kontiku yang diatas rata-rata, ahkirnya ibu itu membalukkan badannya dan kembali meletakkan tangannya tepat diatas kontiku kali ini tangannya lebih mencengkeram sambil memalingkan muka ia berkata; ya udah mas, ayo jalan… bak gayung bersambut mobil pun mulai kujalankan sambil ibu itu megelus kontiku. Entah aku merasa dicurangi atau karna mwmang aku sudah gak kuat menahan nafsu karna dari tadi si ibu hanya mengelus kontiku tanpa bersemangat, ahkirnya ketika. Aku melewati sebuah hutan, kubelokkan mobilku masuk ke jalan setapak, dan si ibu pun sedikit protes karna aku sudah keluar jalur.

Aku menghentikan mobil dan melompat ke jok belakang, dengan nada sedikit keras aku berkata, sini bentar buk… si ibu berusaha menolak dengan berkata; mau ngapain mas? Sudah bu, sini bentar keburu subuh kataku…. ahkirnya si ibu itupun menuruti permintaanku untuk pindah ke jok belakang. Dengan mencincingkan kain batiknya si ibu melompat ke jok belakang. Aku pun dengan sigap menyambut tubuhnya dan mendaratkannya di pangkuanku, kusingkapkan kain batik yang membalut bagian bawah tubuhnya lalu kuremas makinya dengan tangan kiriku d tangan kananku pun meremas toketnya yang sejak tadi. Mengganggu pikiranku.

Akhirnya karna aku sudah tak kuat dan waktu juga keburu subuh kulepas celana dalam si ibu yang bisa dibilang sudah rombeng di beberapa bagian, pantatnya kuangkat sambil tangan kiriku memperbaiki posisi si konti agar mudah menemukan lubang mekinya dan jleb…. kuremas dua gunung kembarnya saat kontiku masuk kedalam liang kenikmatannya… sesekali si ibu berusaha mengangkat pinggulnya untuk mengock kontiku dengan vaginanya, aku pun menggerak-gerakkan pinggulku meski dengan gerakan tak beraturan hungga ahkirnya… jruuuuthhh.

Creeet crreet… aku pun mencapai puncak kenikmatan tanpa peduli pada kepuasan si ibu dan memindahkannya duduk disampingku, segera aku berpindah ke kursi kemudi sambil merapihkan celanaku dan melaju ke arah pasar induk. Sesekali kulihat dari kaca spion ibu itu masih sibuk merapihkan kebaya dan kain batiknya. END


CeritaDewasa - Aku adalah seorang Mahasiswa disalah satu perguruan tinggi Di Yogyakarta, domisili asli ku dari Surabaya. Sebut saja namaku Reno, umur 21 tahun, tinggi badan kisaran 178 cm dan berat badan 75 kg. Dari perwakanku yang lumayan ideal ini, menurut teman-teman dan para mantanku ini aku termasuk laki-laki yang sangat menarik karena mempunyai wajah tampan dan tidak mebosankan.

Selain itu kata mereka aku juga mempunyai sifat yang Friendly dan ramah. Dari sedikit gambaran tentangku mungkin para membaca sudah bisa membayangkannya. Lanjut kecerita. Pada hari minggu awal bulan tahun 2016, saat itu aku sedang menunggu kereta exekutif yang akan aku tumpangi untuk kembali ke Yogyakarta, karena pada esok hari tepatnya hari senin aku harus kembali kuliah.

Setelah beberapa waktu aku menungu kereta, pada akhirnya kereta datang dan aku segera naik ke kereta. Sekitar 10 menit kereta berhenti, tidak lama kemudian kereta-pun berangkat. Setelah aku duduk aku-pun segera tidur karena tubuhku terasa lelah akibat begadang semalaman bersama sahabat-sahabatku. Setelah beberapa saat aku tertidur, pada akhirnya kaupun terbangun karena merasa kereta sedang berhenti di salah satu stasiun.

Ketika itu naiklah penumpang pasangan suami istri yang masih muda beserta anak-nya yang masih kecil, kira-kira umur 2 tahunlah. Sejenak aku terpana melihat penumpang itu, karena Ibu muda cantik namun suaminya biasa-biasa saja, dalam hati aku berkata, kog bisa ya cowok kayak giru dapet istri yang luar biasa cantik dan semok kayak gitu.

Sang istri selain cantik dia juga tinggi dan bertubuh sintal, so wow deh pokoknya.

Sungguh benar-benar luar biasa ibu muda itu, apalagi ketika aku melihat buah dada dan pantanya, beuh mantap guys. Ketika itu Ibu muda itu mengenakan celana panjang ketat dan kemeja panjang ketat yang nampak indah sekali ditubuhnya. Tidak lama kemudian merekapun mulai duduk. Tidak kusangka ternyata letak bangku mereka bisa bersebelahan dengan kursi yang aku tempati, rejeki nih, ucapku dalam hati.

Tidak lama setelah mereka duduk, kereta-pun berjalan kembali. Kira-kira setelah 30 menit kereta berjalan, suami dan anak ibu muda itupun terlelap. Karena Ibu muda itu tidak tidur, maka saat itu aku-pun memberanikan untuk menyapa dan membuka obrolan denga wanita itu,

“ Ngomong-ngomong tujuan Mba’ mau kemana ?, ” ucapku berbasa-basi.

“ Oh saya mau Jogja dek, saya mau jenguk mertua saya yang lagi sakit dek. Adek sendiri mau kemana ? , ” ucapnya, kemudian bertanya kembali padaku sembari tersenyum cantik.

“ Saya mau ke Jogja juga Mba’, soalnya besok saya harus kuliah hhe. Oh iya nama Mba’ siapa ? perkenalkan nama saya Reno, ” ucapku sembari mengulurkan tangan.

“ Oh adek ini mahasiwa. Namaku Fera Dek, suamiku Rehan dan nama anakku Rafael, ” ucapnya, sembari menyambut tanganku untuk berjabat tangan.

Tidak lama setelah itu, obrolan kamipun mengalir kurang lebih satu jam. Jujur saja aku ini termasuk orang yang pandai bicara dan bisa membuat seseorang yang baru kenal denganku merasa nyaman denganku, hhe. Bahkan Mba’ Fera sempat tertawa terbahak-bahak karena aku sedikit ngebanyol. Tidak kusangka Mba’ Fera ini orang-nya terbuka dan Friendly seperti aku.

Bahkan juga, ketika canda’an-ku mulai menjurus kearah sex dia tidak marah, malahan dia membalas dengan lelucon yang lebih menjurus lagi. Bener-bener nih Ibu muda hot banget. Dalam obrolan kami, sesekali mataku melirik belahan buah dadanya yang sedikit terlihat dari celah kemejanya yang tanpa dia sadari 1 kancingnya terbuka di bagian buah dadanya.

Saat itu aku merasa Mba’ Fera mulai salah terangsang dengan candaanku. Aku berkata seperti itu karena aku melihat posisi duduknya mulai gelingsutan tidak jelas ketika aku bertanya tentang bagaimana cara menyenangkan wanita di ranjang. Dari jawaban-jawaban seputar sex dari Mba’ Fera, nampaknya dia buka tipe wanita yang suka dengan cara sex anal dan oral sex.

Mba’ Fera saat itu mengatakan sudah beberapa kali mempraktekan berbagai posisi sex kecuali cara sex anal dan oral sex dalam 3 tahun pernikahanya itu. Saat itu perbincangan kami-pun terpaksa terputus karena Mba’ Fera permisi ke kamar kecil. Ketika Mba’ Fera menuju kekamar mandi, tiba-tiba otak mesum-ku muncul ketika Sebelumnya aku sudah tahu kalau kunci kamar mandi itu rusak, karena saat kereta berhenti aku sempat buang air kecil di toilet kereta itu.

Saat itu Mba’ Fera-pun bergegas pergi kekamr kecil, dan aku-pun membuntutinya. Kini sampailah aku didepan toilet itu. Aku yang sudah berada didepan toilet itu, melihat nampaknya Mba’ Fra tidak sadar bahwa pintunya tidak terkunci dan agak terbuak sedikit. Daat itu aku ,elihat Mba’ Fera dengan santainya melepas celananya hingga bagian lutut dan saat itu aku posisi dia membelakangiku.

Ketika melihat Mba’ Fera yang setengah telanjang itu, dengan tiba-tiba aku-pun terangsang berat. Dengan cepatnya segera aku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap ke toilet itu. Setelah berada dalam kamar mandi itu aku langsung membekap mulutnya dengan tangan kiriku, sedangkan tangan kananku memegangi tangan Mba’ Fera yang hendak menaikan celana dalam-nya. Kemudian aku berkata,

“ Mba’ ini aku Reno, tolong jangan teriak yah !!! aku mohon Mba’, aku hanya ingin Mba’ mengajarkan aku bagaimana cara memuaskan wanita dalam hal sex, ” ucapku sambil menampakkan wajah memelas.

Pada awalnya dia sempat mau berontak dan menggelengkan kepalanya, namun karena aku sang penahkluk wanita, saat itu-pun pada akhirnya Mba’ Fera menerima permintaanku. Yang membuat aku hebat ketika itu aku bisa membuat mataku sendiri berkaca-kaca seperti orang ingin menangis, bahkan aku berpura-pura menangis terisak dididepan Mba’ Fera.

Melihat Mba’ Fera sudah menyetujui permintaanku, akupun dengan cepatnya langsung membuka resletingku.

Lalu aku-pun mnegeluarkan Torpedoku dari sarangnya dari selah resleting yang telah aku buka tadi. Untuk ukuran Torpedoku memanglah biasa-biasa saja, dengan panjang 15cm dan diameter 3 cm tapi lumayanlah kalau untuk cewek lokal, hhe. Setelah itu Mba’ Fera-pun berkata,

“ Bailah Reno Mba’ akan mengajakan kamu, ngomong-ngomong Reno udah pernah ciuman belum?, ” tanyanya padaku.

“ Terima kasih ya Mba’, dan saya udah pernah ciuman Mba’, ” ucapku berterima kasih sembari masih menggukan wajah memelasku.

“ Yaudah sekrang kamu coba cium aku Mba’, ” ucapnya.

Tanpa buang waktu aku-pun mulai memeluknya dan menciumnya. Pada awalnya Mba” fera tidak begitu bergairah, namun setelah lidahku berusaha masuk kedalam mulutnya dia-pun membalas dengan sangat agresif dan liarnya,

“ Ciuman kamu Reno lumayan juga yah Ren, ” ucapnya menghentikan ciuman sejenak dan aku tersenyum berpura-pura malu.

“ Sekarang kamu coba buat aku terangsang sebisa kamu Ren, tapi sampai sampai leher aja yah, jangan lebih, ” ucapnya.

Mendengar ucapanya itu aku-pun senang sekali, rasanya seperti mendapat emas 2 kg para pembaca, hahha. Kemudian aku-pun memulai ciumanku dari telinganya, lidahku yang liar, kini mulai menggerayangi dan menciumi bagian belakang telinga Mba’ Frera,

“ Ouhhhh… Sssss… Aghhhh… , ” desah Mba’ Fera ketika ciumanku mulai berpindah ke lehernya.

Saat itu aku menjilat dan mencium leher putih-nya yang harum itu,

“ Oughhhh… enak Ren, Sssss… Aghhhh… Euummmm… terus Ren… Ughhhh… jangan di cupang ya Ren… Sssssshhh…, ” ucapnya berbisik.

Aku-pun menuruti perkataan Mba’ Fera, aku tahu kalau sampai aku meninggalkan bekas cupangan dilehernya, bisa-bisa Mba’ Fera ketahuan suaminya. Kemudiana aku-pun mencoba bergerilia dengan memasukan tanganku kedalam bajunya saat kedua tangannya terangkat memeluk leherku. Nmapaknya Mba’ sudah terlambat untuk menolak perlakuanku itu. Karena saat itu kedua tanganku sudah masuk kedalam baju dan meremas-remas buah dadanya dari luar BH.

Yang bisa dia lakukan hanyalah mengerang dan mendesah karena kuserang leher dan kedua buah dadanya secara bersamaan,

“ Oughhh… Reno kamu nakal ya… Ssss… Aghhhh… , ” ucapnya tanpa penolakan karena nampaknya dia sudah terangsang berat.
Tan[a menjawab akupun segera mengangkat bajunya sampai sebatas leher saja, setelah terangkat kini nampaklah dua gunung kembar yang masih terbungkus Bra. Sungguh beruntungnya aku karena kancing Bh-nya ada di depan. Sekilas kulihat ukurannya 34 B, Beuhh… mantap kawan. Dengam cekatan kemudian aku-pun membuka kancing Bh-nya, kini nampaklah buah dada yang montok dan putih itu. Tanpa buang waktu, akupun kemudian mengkulum puting susu kanan-nya dan yang kiri aku plintir-plintir,

“ Ssssss… Aaaaaaahhhh… Eummmm… Ren… kamu apakan putingku… Aoghhhh… , ” desah-nya sambil bersandar di pintu toilet itu.

“ Sssss… Geli Ren… Aghhhhh… Ren cukup Ren… Oughhhh… enak sekali Ren… Aghhh… , ” racau-nya makin keras.

Saat itu karena aku takut ada yang mendengar skandal kami, saat itu aku-pun mencium bibir Mba’ Fera sembari tangan kananku meremas buah dada kanannya dan tangan kiriku mengelus kewanitaan-nya yang ternyata sudah becek. Saat itu kedua tangan Mba’ Fera tidak berdaya karena terjepit punggungnya sendiri, sedang tubuh Mba’ Fera tidak bisa bergerak karena tertindih tubuhku dan terhimpit pintu Toilet.

Tapi tubuhnya semakin menggelinjang kuperlakuin seperti itu. Tidak lama kemudian kemaluan Mba’ Fera makin lembab, disini aku lagi-lagi memasang perangkap, sejenak kuhentikan cumbuanku hingga Mba’ Fera merasa canggung,

“ Hlo kok berhenti Ren, ayo terusin dong, mbahbudah enak nih, nanggung banget nih rasanya, buwat aku orgaseme dong !!!” ucapnya.

“ Iya Mba’, tapi sekrang aku masukin ya kontol aku, soalnya dari tadi udah tegang banget nih Mb’, ” rayuku.

“ Jangan Ren, ingat Ren aku udah bersuami… , ” ucapnya sedikit menolak.

“ Yaelah Mba’ cuma digesek-gesekin aja kog Mba’, aku janji nggak bakal aku masukin ke Memek Mba’, akukan juga keluar Mba’, Boleh ya Mba’ Please… !!! , ” rengekku sambil mulai kembali membelai-belai buah dadanya dan tanganku satunya mengelus-elus Torpedoku yang sedari tadi menganguk-angguk karena sudah tegang.

Mendapat serangan psikologis seperti itu terus-menerus akhirnya Mba’ Fera-pun luluh,

“ Okey, tapi janji yah cuma digesek-gesek aja, nggak lebih… , ” pintanya sambil kududukkan dia ke kloset.

“ Iya Mba’ aku janji, makasih ya Mba’ Fera sayang, ” ucapku dan kukecup singkat bibirnya sambil ku posisikan tubuhku sedemikian rupa hingga penisku terhimpit diantara pangkal pahanya persis di mulut kewanitaan-nya.

Coba bayangin para pembaca, kini posisi kami duduk berhadapan dan aku terlihat seperti memangku Mba’ Fera dan kakinya memeluk pinggangku sedang tubuh kami seperti berpelukan. Kemudian aku-pun mulai menggoyang pantatku sehinnga kemaluan kami bergesekan. Hal ini membuat kami sama-sama merasakan nikmat. Tak lupa kami tetap berciuman dan saling meraba. Saat kembali kuserbu lehernya, mb ak ani mulai mendesah dan merancau lagi.

Desahannya makin sering saat kumulai menggesek dengan cepat. Hal ini membuatku semakin terangsang, rasanya aku ingin sekali segera memasukkan penisku kedalam hangatnya liang senggam milik Mba’ Fera. Saat asyik saling menggesek hingga kurasakan cairan kewanitaan-nya makin membanjiri penisku, tanpa Mba’ Fera sadari kumasukkan penisku secara mendadak dan cepat hingga mentok.

Oughhh… meski sudah pernah melahirkan tapi kewanitaan-nya masih ketat menjepit penisku. Kelihatannya leher rahimnya dangkal, buktinya pangkal penisku masih diluar sekitar 2 cm saat kurasakan ujung penisku membentur bagian terdalam kewanitaan-nya,

“ Sssssss… Aghhhh… kog dimasukin Ren ?? buruan cabut Ren !! ingat Ren aku sudah bersuami, ” ucapnya.

Saatb itu aku tidak menghiraukannya, bahkan aku melanjutkan dengan terus menggonyang pantatku sehingga penisku mulai bergerak menikmati jepitan kuat, hangat dan lembab kewanitaan-nya sambil menciumnya agar tidak bisa berteriak. Posisiku yang sedikit menindih Mba’ Fera, hal itu membuatnya tidak bisa berdaya dan hanya bisa pasrah.

Pada awalnya Mba’ Fera terus meronta, tapi karena kondisinya yang mendekati orgasme saat kumasukkan penisku membuat Mba’ Fera akhirnya menyerah dan malah menikmati goyanganku. Aku goyangkan pantatku dengan semangat dengan beberapa variasi goyangan. Kadang maju mundur, kadang kiri kanan, kadang memutar. Hal ini membuatnya semakin melayang,

“ Oughhh… Ren… kamu apakan Memeku, enak sekali Ren… Aghhh… Sssss… Ren, aku udah nggak tahan Ren, aku mau keluar Ren… , ” ucapnya.

“ Keluarin saja Mba’ Fera sayang… Oughhh… kewanitaan Mba’ enak sekali…. Ssssss… Aghhh ” pujiku sambil mempercepat goyanganku.

“ Ren… aku keluar, Aghhhhhhhhhhh…., ” desahnya menikmati orgasme panjang yang dirasakan.

“ Syuuuurrr……., ” terasa penisku merasakan siraman lendir kawinya.

“ Ren, nikmat sekali bercinta denganmu, makasih ya sayang, baru kali ini merasakan orgasme yang luar biasa, terus terang saja suamiku hanya peduli dengan dirinya sendiri. Oh iya kamu belum keluar ya?, ” ucapnya sambil kembali menciumku.

“ Sebentar lagi Mba’… masih bolehkan aku menggenjot memek Mba’ ?, ” tanyaku.

“ Boleh dong sayang, kamukan sudah membuatku melayang, sekarang giliran kamu menikmati tubuhku semaumu, tapi aku yang diatas ya Ren , ” ucapnya sembari berganti posisi.

Kini posisi sex kami WOT (women on toP), kini Mba’ Fera duduk dipangkuanku dan posisinya berhadapan denganku,

“ Sekarang biar Mba’ yang puasin kamu sayang, Reno haus nggak ??? mau minum Asi ??, ” tanyanya sambil menyodorkan buah dadanya untuk kukenyot lagi sembari mulai menggoyang pantatnya maju mundur.

Ternyata Mba’ Fera membalas perlakuanku kepadanya yaitu dengan kardang merubah arah goyangan pantatnya. Aku hanya menikmati itu semua sambil menjilati dan ku kenyot buah dadanya serta mendesah sesekali di telinganya. Hal ini membuat Mba’ Fera makin bersemangat dan kembali terangsang,

“ Oughhh… Ren, kontolmu enak sekali… Ssssss… Aghhhh… , ” racaunya.

“ Memek Mba’ juga enak… Sssss… Aghhh… bentar lagi aku mau keluar Mba”… Aghhhhh… ” ucapkuku yang disambut dengan menggilanya goyangan Mba’ Fera.

Tidak lama kemudian aku-pun hampir mencapai klimaks-ku, dan saat itu Mba’ Fera juga merasakan hal yang sam. Nampaknya Mba’ Fera akan mendapatka orgasme keduanya, karena saat itu kewanitaan-nya makin menjepit penisku dan desahan-nya makin sering saja, dan,

“ Ren… aku ingin keluar lagi, Oughhhh… ” ucapnya.

Baru saja Mba’ Fera berkata seperti itu, tiba-tiba kurasakan kejantananku berdenyut denyut seperti akan ada yang keluar dari dalam kejantananku,

“ Mba’ aku keluar Mba’, Crotttttt… Crotttttt… Crotttttt… Aghhhhhhhhh , ” desahku mengiringi muncratnya spermaku kedalam liang senggama-nya.

Merasakan semburan lahar panasku, tidak lama kemudian Mba’ Fera-pun juga orgasme,

“ Aku juga keluar sayang, Aghhhhhhhhh…. ” desah Mba’ Fera.

Setelah kami mendapatkan kimaks kami, kini kami-pun segera kembali berciuman dengan rakus sambil menikmati orgasme berpelukan. Selama beberapa saat kami terus berciuman hingga akhirnya melepaskan pagutan mesra kami. Mba’ Fera berbisik,

“ Terima kasih ya Reno sayang, kamu sudah memberiku nikmatnya sex yang belum pernah kudapatkan dengan suamiku, ” ucapnya.

“ Iya Mba”, aku juga terima kasih karena Mba’ sudah memberikan dan mengajarkan sex kepadaku, Oh iya Mba’ tadikan aku keluarin didalem, nanti kalau Mba’ hamil gimana ???, ” tanyaku ragu.

“ Udah kamu tenag aja Ren, aku lagi nggak subur kog, lagian kalau aku hamil kamu nggak perlu kuatir, ka aku sudah bersuami…hhe… , ” ucapnya dengan santainya.

Aku Lega rasanya mendengar hal itu hingga akupun tersenyum dan membalas dengan meremas gemas buah dadanya sejenak. Kemudian saat itu kami cepat-cepat merapikan pakaian dan keluar dari kamar mandi secara bergantian agar tidak ada yang curiga. Setelah itu lalu kami-pun duduk kembali di kursi masing-masing. Saat itu suami dan anaknya masih tertidur pulas padahal saat itu kulihat sudah memasuki kota Yogyakarta.

Sebelum kami berpisah, Mba’ memberikan nomer handphone-nya kepadaku dan berkata,

“ Kapan-kapan kita ulang lagi ya Ren, ” ucapnya sembari mengedipkan mata.